09 Maret 2012

SEJARAH , TUGAS POKOK DAN FUNGSI BPSTW CIPARAY


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Meningkatnya usia harapan hidup penduduk di Indonesia adalah merupakan dari keberhasilan program dan pelayanan dibidang kesehatan yang membawa akibat pada penambahan jumlah penduduk usia lanjut. Kondisi tersebut membawa konsekuensi terhadap timbulnya berbagai masalah yang berkaitan dengan kondisi jasmaniah, rohaniah, sosial dan ekonomi bagi para lanjut usia.
Dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk usia lanjut berarti pula semakin diperlukan program pelayanan kesejahteraan bagi para lanjut usia dengan jangkauan yang semakin luas dan kualitas yang lebih baik.
Sesuai Undang-undang nomor 13 tahun 1998 mengamanatkan bahwa pemerintah dan masyarakat berkewajiban memberikan pelayanan sosial kepada lanjut usia. Bertolak dari pemikiran tersebut maka Balai Perlindungan Sosial TresnaWerdha ( BPSTW ) dan Pemeliharaan Taman Makam Pahlawan Ciparay, sebagai salah satu unsur pelaksana sebagian tugas operasional balai, mempunyai tugas pokok memberikan perlindungan dan pelayanan kesejahteraan bagi lanjut usia terlantar/miskin diwilayah Bandung dan sekitarnya.
Didalam pelaksanaan kegiatannya mulai dari tahap pendekatan awal sampai tahap terminasi, BPSTW Ciparay bekerjasama dengan pemerintah Daerah, Dinas Tenaga Kerja Sosial dan Transmigrasi, Lembaga Swadaya Masyarakat dan anggota masyarakat secara perorangan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan dukungan dan kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaan kegiatan.
Meningkatnya harapan usia hidup manusia diikuti dengan bertambahnya jumlah lanjut usia. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2010 dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat bahwa jumlah lanjut usia terlantar di Jawa Barat seluruhnya 211.253 orang, sehingga perlu diimbangi dengan penyediaan sumber yang salah satunya adalah Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay, yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.
Penyelenggaraan Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) merupakan salah satu respon terhadap berkembangnya jumlah dan masalah lanjut usia dari tahun ke tahun. Keberadaan BPSTW seperti ini dipastikan makin diperlukan seiring dengan peningkatan jumlah lanjut usia beserta masalahnya. Oleh karena itu hakekat kehadiran BPSTW tidak semata-mata sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas yang memberikan pelayanan bagi lanjut usia tetapi juga memberikan perlindungan, perawatan serta pengembangan dan pemberdayaan lanjut usia yang dilayani didalamnya. Hal ini sesuai dengan :
1.   Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 dan 34.
2.   Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.
3.   Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia.
4.   Keputusan Presiden Republik Indonesia No 52 Tahun 2004 Tentang Komisi Nasional Lanjut Usia.
5.   Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.
Selain itu BPSTW juga merupakan sarana penelitian dan pendidikan bagi perguruan tinggi dan masyarakat luas yang ingin mengetahui lebih jauh tentang lanjut usia.

B. TUJUAN
Kegiatan kuliah lapangan mahasiswa dan dosen di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Ciparay, memiliki tujuan agar :
1.   Mahasiswa memperoleh pengalaman langsung dalam hal program-program dan kegiatan yang ada di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Ciparay serta memahami tugas pokok dan fungsi dari BPSTW.
2.   Penyusunan makalah sebagai tugas kelompok pengganti UAS mata kuliah Kajian Pekerjaan Sosial bagi Lanjut Usia.






BAB II
SEJARAH , TUGAS POKOK DAN FUNGSI BPSTW CIPARAY
­­­­
A.    SEJARAH BERDIRINYA
Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Ciparay semula bernama Panti Sosial Tresna Werdha Pakutandang yang merupakan UPT Kanwil Departemen Sosial Provinsi Jawa Barat bediri Tahun1979 dan memulai operasionalnya pada tanggal 19 Mei 1980. Dengan dikeluarkannya Perda Nomor 5 Tahun 2002 mengenai Perubahan atas Perda Nomor 15 Tahun 2000 Tentang Dinas Daerah, maka Panti Sosial Tresna Werdha berganti nama menjadi Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat. Dalam melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 52 Tahun 2003 Tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Pokok UPTD di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat.
Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Ciparay Bandung adalah merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) di lingkungan Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Dinas Sosial di bidang pelayanan dan perlindungan sosial bagi lanjut usia terlantar dan pemeliharaan Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra Bandung, BPSTW membawahi 4 Sub Unit yaitu :
1.     Sub Unit Pemeliharaan Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung.
2.     Sub Unit Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha (RPSTW) Garut.
3.      Sub Unit Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha (RPSTW) Kerawang.
4.     Sub Unit Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha (RPSTW) Bogor.
 B.   TUGAS POKOK DAN FUNGSI
1.   Tugas Pokok
Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian fungsi Dinas Sosial di bidang Pelayanan, Perlindungan dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.
2.   Fungsi
Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha mempunyai fungsi sebagai berikut :
a.    Pengelolaan di Bidang Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.
b.   Pengelolaan di Bidang Pengembangan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia.
C.   SARANA DAN PRASARANA
Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay mempunyai pasilitas antara lain :
1.     Kantor
2.     Aula
3.     Mesjid
4.     Asrama
5.     MCK
6.     Ruang
7.     Konsultasi
8.     Ruang Poliklinik
9.     Rumah Dinas Kepala
10.  Rumah Dinas Pegawai
11.  Ruang Rawat Khusus
12.  Ruang Bimbingan
13.  Ruang Keterampilan.
14.  Dapur Umum
15.  Ruang Data
16.  Warung Lansia
Untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia, BPSTW Ciparay menyediakan peralatan/perlengkapan untuk dipergunakan sesuai kebutuhan dan kondisi lanjut usia, dengan memperhatikan segi keamanan dan kenyamanan, meliputi :
1.   Perlengkapan Asrama (tempat tidur, lemari pakaian, dan rak handuk)
2.   Perlengkapan, makan seperti (meja dan kursi makan, sendok, piring dan gelas melamin).
3.   Peralatan keterampilan : Peralatan kerajinan tangan, Peralatan olah pangan dan Bahan-bahan keterampilan.
4.   Peralatan pembinaan mental spiritual,seperti perlengkapan solat dan buku-buku agama.
5.   Peralatan olah raga seperti : Radio kaset dan kaset senam.
6.   Peralatan terapi seperti : Kursi roda, kruk dan tongkat.
7.   Peralatan hiburan seperti televisi.

BAB III
PROGRAM DAN KEGIATAN
BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA CIPARAY

A.    PROGRAM
Program pelayanan yang diselenggarakan di BPSTW dan Sub Unit RPSTW terdiri dari :
1.   Program pelayanan terhadap lanjut usia terlantar dalam panti meliputi : pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, bimbingan fisik, mental, sosial, dan keterampilan, serta pelayanan pengrutian/pemakaman bagi lanjut usia yang meninggal dunia yang keluarganya tidak mampu mengurus pemakamannya.
2.   Program Pemeliharaan Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung meliputi : Pemeliharaan dan pengamanan serta ikut melaksanakan dalam proses menyambut hari-hari besar kepahlawanan.
B.KEGIATAN
Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay sebagai lembaga penggantikeluarga mempunyai tugas pokok memberikan pelayanan kesejahteraansosial terhadap lanjut usia tidak hanya di tujukan kepada lanjut usia,tetapi juga kepada keluarga lanjut usia dan masyarakat.
Jenis-jenis Kegiatan atau Pelayanan yang di berikan meliputi :
1.     Pelayanan kepada lanjut usia.
Sasaran langsung pelaksanaan pembinaan kesejahteraan sosial lanjut usia, jenis pelayanan yang diterima lanjut usia  meliputi :
a.      Pelayanan kebutuhan makan, disesuaikan dengan  pengaturan menu kebutuhan gizi lanjut usia. Pemberian  makan dilakukan sebanyak 3x sehari ditambah snack,  buah buahan dan susu, sebagai mana jadwal yang telah  ditentukan.
b.     Pemeliharaan kesehatan dan kebersihan, melalui  pemeriksaan rutin, dan pengobatan pada saat penderita  sakit dilaksanakan oleh tenaga medis dan dibantu oleh  staf bagian pelayanan.
c.      Pemberian bimbingan Rohani, berupa bimbingan mental keagamaan oleh petugas dari kantor agama, maupun dari kantor KUA dan petugas
panti.
d.     Pemberian Bimbingan Sosial/Kemasyarakatan, berupa ceramah dan tanya jawab dengan thema hubungan antar manusia, kedisiplinan, kebersihan dan ketertiban lingkungan, pencegahan penyakit menular, menjaga kesehatan pribadi maupun Dinamika kelompok.
e.      Pemberian Bimbingan Keterampilan untuk pengisian  waktu luang.
            Sasaran pelayanan dikhususkan kepada Lanjut usia dengan kriteria sebagai berikut:
a. Berusia 60 Tahun keatas
b. Tidak berdaya mencari napkah sendiri untuk kelangsungan hidupnya
c. Tidak mempunyai keluarga dan atau memiliki keluarga tetapi tidak mampu memelihara orang tuanya yang sudah lanjut usia.
     Pelayanan Kesejahteraan Lanjut Usia di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay dilaksanakan melalui tahapan-tahapan, yaitu :
1.     Tahap Pendekatan Awal, dilakukan melalui kegiatan:
a.      Orientasi dan konsultasi, mengenai berbagai hal tentang lanjut usia antara pihak lembaga dengan instansi terkait, organisasi sosial dan masyarakat untuk  mempermudah pelaksanaan program pelayanan panti. Dilaksanakan melalui kegiatan Sosialisasi Program.
b.     Identifikasi terhadap lanjut usia yang ada dengan pengisian formulir untuk bahan seleksi dalam menetapkan lanjut usia sebagai calon penerimaan pelayanan.
c.      Motivasi kepada lanjut usia yang akan dijadikan sebagai calon penerima pelayanan agar bersedia ikut dalam program panti.
Adapun persyaratan bagi calon penerima  pelayanan adalah:
1)     Lanjut usia berusia 60 tahun keatas.
2)     Lanjut usia yang tidak lagi memiliki/tidak diketahui sanak saudaranya.
3)     Lanjut usia yang nyata-nyata tidak diurus  sebagaimana layaknya
4)     Lanjut usia yang tidak mau hidup dilingkungan keluarganya.
2.     Tahap Pelaksanaan Pelayanan, meliputi kegiatan:
Penerimaan lanjut usia (yang sudah ditetapkan/diseleksi) menjadi penerima pelayanan, dengan cara :

a.      Registrasi
1) Mencatat dalam buku induk.
2) Mengisi formulir penerimaan.
3) Penerimaan surat keterangan lanjut usia baik dari Puskesmas, desa/kecamatan maupun dari pihak keluarga  yang bertanggung jawab atau dari instansi terkait.
 b.   Penelaahan dan Pengungkapan masalah tentang kondisi,  kemauan dan kemampuan lanjut usia.
 c.   Penempatan pada program pelayanan, dengan memenuhi kebutuhan tempat tinggal (pengasramaan), makan, pakaian, perawatan kesehatan dan berbagai pengisian waktu luang.
Pemberian Bimbingan (fisik, mental, sosial dan keterampilan) berdasarkan :
1)    Penelaahan kemauan dan kemampuan lanjut usia.
2) Upaya pengenalan serta penyesuaian diri lanjut usia dengan
lingkungan.
3. Tahap Resosialisasi, yaitu tahap persiapan akhir dari suatu proses Pelayanan bagi lanjut usia yang akan  diambil keluarganya meliputi:
a. Upaya mempersiapkan lanjut usia kembali kepada  keluarga.
b. Upaya mempertahankan kondisi lanjut usia setelah berada  diluar Panti.
c. Pemberian kepastian berakhirnya pelayanan  kesejahteraan  sosial lanjut usia dari panti berdasarkan pertimbangan  kondisi terakhir lanjut usia.
4. Tahap Terminasi
a. Diambil keluarga.
b. Meninggal dunia.
c. Dirujuk kelembaga sosial lain.
2.   Pelayanan kepada keluarga dan masyarakat.
Dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan keluarga, pelayanan juga diberikan kepada keluarga dan masyarakat.
C.   MANFAAT
1. Klien memiliki kesadaran untuk melaksanakan kegiatan keagamaan.
2. Klien dapat berdiskusi guna menambah pengetahuan tentang  Agama.
3. Klien selalu berusah hidup rukun, saling tolong menolong dan hidup tenang menikmati hari tuanya.
4. Teratasinya masalah-masaah lanjut usia, dapat terlayani dalam  panti.
5. Tarap hidup lansia meningkat, memperoleh wawasan baru secara pisik, mental, sosial dapat terlayani sesuai dengan program pelayanan panti.




BAB IV
KESIMPULAN


Keberadaan BPSTW Ciparay merupakan salah satu respon terhadap berkembangnya jumlah dan masalah lanjut usia, khususnya di wilayah Bandung dan sekitarnya. Oleh karena itu, hakekat keberadaan BPSTW Ciparay tidak semata-mata sebagai wadah pelayanan bagi lanjut usia tetapi juga memberikan perlindungan, pelayanan, perawatan serta pengembangan dan pemberdayaan lanjut usia yang santun didalamnya. Kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan bentuk pertanggung jawaban BPSTWdalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai ketentuan yang berlaku.





sejarah pekerjaan sosial dalam bidang kesehatan (peksos medis)




TUGAS
PEKERJAAN SOSIAL KESEHATAN
Sejarah pekerjaan social medis
Dosen :
Dra.Susilowati, M.Si.

Description: STKS RESMI EMB 

Disusun Oleh :
Abd. Rahman Hidayat             (09.04.075)
Kelas : III G




SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG 2010/2011
“PEKERJAAN SOSIAL KESEHATAN ATAU MEDIS”

A.    SEJARAH PEKERJAAN SOSIAL MEDIS

Diawali sejak para almoner (relawan yang bekerja di rumah sakit) memberikan pelayanan sosial kepada para pasien di RS. Penanggung jawab pelayanan kesehatan di RS masa itu merasa perlu memberikan pendidikan keterampilan khusus yang berkaitan dengan pendekatan dan teknik untuk memahami permasalahan pasien sampai kepada tindakan yang diperlukan dalam upaya memberi pertolongan kepada pasien dan keluarganya. Pekerjaan sosial medis mulai berkembang di negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat
Tahun 1780 di AS mulai diberlakukan pendidikan bagi setiap orang yang berminat bekerja dalam memberikan pelayanan sosial dan bantuan bagi para pasien di rumah sakit. Sejak pendidikan formal terhadap para almoner diberikan maka para almoner berganti nama menjadi “case worker”, dan pelayanan yang diberikan juga dalam setting-setting di luar rumah sakit terutama dalam penanganan kemiskinan di masyarakat. Perkembangan selanjutnya profesi case worker semakin berkembang dan kemudian dikenal dengan profesi social worker (pekerja sosial).
Tahun 1890 di Inggris RS swasta mulai mempergunakan PSM, dan kemudian RS pemerintah menyusul. Tahun 1895 seorang pekerja sosial dari The London Charity Organization Society telah ditempatkan pada The Royal Free Hospital.
Selanjutnya pada tahun 1905 di Amerika Serikat,  Dr.  Richard Cabot (seorang dokter yang tertarik dengan keterkaitan antara penyakit dengan kemiskinan) memperkerjakan pekerja sosial medis pada  The Massachusetts General Hospital.
Pekerja sosial yang dipekerjakan tersebut bernama Ida Cannon  pada  awalnya bekerja sebagai visiting nurse di daerah kumuh (slum areas) sepanjang sungai Misissippi di St Paul, Minnesota. Setelah mendapat inspirasi dari Jane Addams (seorang pekerja sosial yang bekerja pada setting perumahan). Ida Cannon akhirnya mau belajar ke Boston School of social Work. Di Boston Ida Cannon bertemu dengan Dr. Richad Cabot, dan akhirnya dipekerjakan menjadi pekerja sosial medis di rumah sakit umum Massachusetts. Sejak saat itu perkembangan pekerjaan sosial medis semakin pesat dan diakui oleh Asosiasi Rumah Sakit Amerika (The American Hospital Association) dan WHO (World Health Organization). Dr. Richard Cabot melihat bahwa efektivitas pengobatan lebih meningkat bila melibatkan pekerja sosial, karena mereka dapat menolong pasien yang memiliki masalah individual dan keluarga. Pada permulaan praktek masalah yang dianggap perlu diperhatikan berkisar pada masalah ekonomi. Henry Richardson, PSM mempunyai tujuan jangka pendek menghilankan tekanan-tekanan baik dari dalam maupun dari luar diri pasien.
Tujuan akhir membantu pasien menggunakan kemampuan-kemampuannya untuk mencari dan mempergunakan perawatan medis, untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut, untuk mempertahankan kesehatannya. Eleanor Cockerill , fokus dari peranan peksos medis ialah pada faktor-faktor sosial yang menyebabkan pasien menjadi sakit, masalah-masalah sosial yang ditimbulkan oleh penyakitnya, dan juga hambatan-hambatan yg mungkin mengurangi kemampuannya untuk menggunakan pelayanan medis. Minna Field, tugas peksos medis tidak hanya dibatasi oleh tembok rumah sakit, usaha penyembuhan berkaitan dgn keseluruhan usaha pengobatan dan pentingnya hubungan pasien dengan keluarga beserta masyarakat.
Munculnya fungsi dan peranan profesi Pekerjaan Sosial di rumah sakit, yang menangani masalah sosial emosional berkaitan dengan sakit dan pengobatan pasien kemudian dinamakan sebagai Medical Social Worker (Pekerja Sosial Medis). Sejalan dengan perkembangan profesi pekerjaan sosial serta perkembangan pelayanan kesehatan di negara-negara maju penamaan Medical Social Worker menjadi kurang relevan lagi. Dewasa ini istilah yang banyak digunakan adalah Social Work in Health Care (Pekerjaan sosial di bidang pemeliharaan kesehatan). Kebutuhan akan pelayanan sosial dari para pekerja sosial medis di bidang kesehatan, semakin dapat diterima masyarakat luas, terutama di negara-negara maju. Didorong oleh kesadaran masyarakat bahwa permasalahan penyakit dan kesehatan manusia bukan hanya menyangkut aspek biofisik Tetapi menyangkut aspek penting lainnya termasuk ekonomi, sosial dan emosional.
Berbagai penemuan menunjukkan bahwa proses biofisik manusia mempunyai korelasi dengan kondisi sosial-psikologis manusia, faktor sosial ekonomi dan faktor budaya masyarakat. Pada negara sedang berkembang seperti di Indonesa, pekerjaan sosial di bidang kesehatan menjadi sangat dibutuhkan karena permasalahan kesehatan umumnya terkait dengan faktor-faktor sosial, emosional, ekonomi dan budaya. Realitas tersebut menuntut peran aktif profesi peksos agar dapat memberikan kontribusi seperti yang diharapkan yakni dapat melakukan intervensi terhadap permasalahan sosial dan emosional pasien dan keluarganya.
A.     PENGERTIAN PEKERJAAN SOSIAL MEDIS
Ø Walter A. Friedlander bahwa pekerjaan sosial medis adalah “pelayanan yang bercirikan pada bantuan sosial dan emosional yang mempengaruhi pasien dalam hubungannya dengan penyakit dan penyembuhannya.“
Ø “Medical social work  : the social work practice that occurs in hospital and others health care setting to facilitate good health, prevent illness, and aid physically patients and their families to resolve the social and psychological problems related to the illness. “
Ø Rex A. Skidmore dan Trackery (1994 : 146) : “Pekerjaan sosial dalam pemeliharaan kesehatan sebagai praktik kerjasama pekerja sosial dalam bidang kesehatan dan dalam program-program pelayanan kesehatan masyarakat. Praktik pekerjaan sosial dalam bidang pelayanan kesehatan mengarah pada penyakit yang disebabkan atau berhubungan dengan tekanan-tekanan sosial yang mengakibatkan kegagalan-kegagalan dalam pelaksanaan fungsi relasi-relasi sosial.“
Ø Istilah pekerjaan sosial medis pada perkembangan lebih lanjut diganti dengan istilah pekerjaan sosial dalam pemeliharaan kesehatan (Social Work in Health Care).
Istilah pekerjaan sosial dalam pemeliharaan kesehatan dianggap lebih fleksibel dan lebih luas dibanding dengan istilah Pekerjaan sosial medis  yang hanya berkonotasi penyembuhan (Medicine).
Pekerjaan sosial dalam pemeliharaan kesehatan  meliputi : pekerjaan sosial di rumah sakit (Social Work in Hospital), Pekerjaan sosial  dalam keluarga (Social Work in Family) dan pekerjaan sosial  dalam kesehatan masyarakat (Social Work in Public Health).
Ø  Lima unsur pokok dalam definisi pekerjaan sosial medis :
¡ Pekerjaan sosial medis merupakan praktik pekerjaan  sosial dalam intervensi penyembuhan terhadap penyakit pasien sesuai dengan domain pekerjaan sosial.
¡ Setting pekerjaan sosial medis di rumah sakit maupun di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang lain.
¡ Intervensinya diarahkan untuk memberikan  fasilitas pelayanan, mencegah penyakit dan memberikan bantuan.
¡ Sasarannya adalah pasien dan keluarga.
¡ Tujuannya untuk memecahkan masalah sosial dan psikologis yang berkaitan dengan penyakit.

B.     RUANG LINGKUP PEKERJAAN SOSIAL MEDIS
Ø Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat faktor yakni :
1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan) kimia (organik / anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme) dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).
2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.
3. pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan kecacatan, rehabilitasi, dan
4. genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

Demikian pula status kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja yang sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya”.
Menurut Suma’mur (1976) Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/ masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif atau kuratif terhadap penyakit/ gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum. Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya.
Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut (Rachman, 1990) :
a.      Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua tempat kerja yang di dalamnya melibatkan aspek manusia sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang dikerjakan.

b. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi :
1) Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian
2) Peralatan dan bahan yang dipergunakan
3) Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun sosial.
4) Proses produksi
5) Karakteristik dan sifat pekerjaan
6) Teknologi dan metodologi kerja
c. Penerapan Hyperkes dilaksanakan secara holistik sejak perencanaan hingga perolehan hasil dari kegiatan industri barang maupun jasa.
d. Semua pihak yang terlibat dalam proses industri/perusahaan ikut bertanggung jawab atas keberhasilan usaha hyperkes.


C.    TUJUAN PEKERJAAN SOSIAL MEDIS
1.     Meningkatkan dan memperbaiki kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah-masalah sosial emosional yang berhubungan dengan sakit dan penyakit yang dideritanya, baik bagi pasien maupun keluarganya
2.     Menghubungkan/mengkaitkan pasien dengan sistem sumber
3.     Meningkatkan efektivitas pelayanan berbagai sistem sumber pelayanan kesehatan
4.     Memberikan sumbangan bagi perubahan kebijakan di bidang kesehatan

D.    ASUMSI YANG MENDASARI PEKERJAAN SOSIAL MEDIS
q Brach & Spech.
1.     Status kesehatan masyarakat, pola-pola penyakit dan reaksi orang terhadap penyakit, sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, budaya dan ekonomi masyarakat setempat.
2.     Sakit dan penyakit sangat berkaitan erat dengan perilaku manusia.
3.     Akses orang terhadap sumber pelayanan kesehatan merupakan masalah yang endemik.
4.     Penanganan medis yang dilakukan oleh dokter saja sering tidak komprehensif dan tuntas.
5.     Penanganan medis yang dilakukan secara inter disipliner, seringkali menunjukkan hasil yang lebih efektif.

Ø Isu Umum Yang terjadi Dalam Sistem Pelayanan Kesehatan menurut Brach and Spech
¡ Permasalahan efisiensi manajemen program pelayanan kesehatan.
¡ Pemberian pelayanan kesehatan tidak komprehensif dan kurang terkoordinasi dengan baik.
¡ Distribusi ahli kesehatan dan tenaga pemberi pelayanan kesehatan lain yang tidak seimbang antara desa dan kota.
¡ Proses perencanaan pelayanan kesehatan kurang dilakukan dalam koordinasi yang lebih baik dengan pelayanan-pelayanan sosial dalam tingkat komunitas.
¡ Keterlibatan konsumen dalam pemberian pelayanan belum dapat dicapai.

Ø Isu umum yang terjadi di Indonesia
¡ Peningkatan tuntutan kebutuhan akan pelayanan kesehatan jauh melebihi kemampuan sistem pelayanan kesehatan
¡ Ketidaktahuan masyarakat tentang cara pemeliharaan kesehatan
Ketidaktahuan tentang sumber pelayanan
¡ Ketidakmampuan masyarakat dalam menjangkau sumber pelayanan dan pemenuhan fisik/kesehatan (biaya perawatan)
¡ Masalah relasi interpersonal pasien, pemberi pelayanan kesehatan dan keluarga
¡ Responsivitas masih rendah thdp kebutuhan pasien/masyarakat termasuk berbagai perubahan pola penyakit.
¡ Gaya hidup yang membahayakan masyarakat
¡ Kecemasan yang dialami pasien dan keluarga dalam proses penyembuhan
¡ Sistem nilai masyarakat yg kurang mendukung kesehatan
¡ Kepedulian dan tingkat partisipasi masyarakat yang kurang




E.      PERANAN PEKERJAAN SOSIAL MEDIS
Adapun peran pekerja sosial medis di Rumah Sakit adalah sebagai berikut:
1.      Pembimbing perseorangan dan kelompok
-  Membantu seorang klien menyelesaikan persoalan karena tidak dapat menerima keterbatasan yang disebabkan oleh penyakitnya.
-  Penderita bersama keluarga dibantu memuat rencana pemulangan.
2.      Pendorong
-  Klien dibantu mengemukakan persoalan yang dihadapinya.
-  Pekerja sosial membantu klien menemukan beberapa alternatif penyelesaian masalah.
3.      Penghubung
- Pekerja sosial meningkatkan pemahaman staf lain tentang kapan sebaiknya dia diajak membantu penderita, misalnya penderita yang sering menangis, tidak pernah membeli obat, atau tidak dikunjungi.
- Pekerja sosial menjelaskan prosedur Rumah Sakit kepada keluarga pasien.
- Pekerja sosial merujuk pasien ke lembaga di luar Rumah Sakit.
4.      Konsultan
- Pekerja sosial memberi informasi ke lembaga di luar Rumah Sakit.
- Pekerja sosial memberi nasehat kepada karyawan Rumah Sakit sehubungan dengan masalah pribadi pasiennya.
5.      Pendidik
-  Pekerja sosial membimbing praktek calon pekerja sosial.
-  Pekerja sosial memberi kuliah dalam kursus perawat.







F.      KARAKTERISTIK ILMU & KETERAMPILAN PEKERJA SOSIAL MEDIS
G.    Pengetahuan
a.      Pengetahuan Pekerjaan Sosial Umum
                                                    i.     Kebijakan & Pelayanan-Pelayanan Kesejahteraan Sosial
                                                  ii.     Pengetahuan tentang Tinhkah Laku Manusia dan Lingkungan Sosial
                                                iii.     Metoda-Metoda & Teknik-Teknik Pekerjaan Sosial
b.     Pengetahuan tentang Praktek Khusus
                                                    i.     Pengetahuan tentang Penyakit & Sebab Akibatnya
                                                  ii.     Hubungan antara faktor-faktor pendukung penyakit dengan penyakit itu sendiri
                                                iii.     Dampak-dampak Sosial & Psikologis Penyakit Terhadap Pasien, Keluarga & Interelasi dalam Keluarga
                                                iv.     Pengetahuan tentang Penerapan & Adaptasi Konsep-konsep, Prinsip-prinsip & ide-de pekerjaan sosial terhadap kebutuhan-kebutuhan khusus rumah sakit & program-program kesehatan masyarakat
                                                  v.     Pengaruh tekanan-tekanan sosial, kehancuran & kegagalan-kegagalan keluarga terhadap penyakit
c.      Pengetahuan tentang lembaga-lembaga Pemberi Pelayanan Kesehatan
                                                    i.     Eligibilitas untuk mendapat pelayanan
                                                  ii.     Prosedur-prosedur administrasi untuk mendapat pelayanan
                                                iii.     Siapa yang membayar pelayanan & yang memberi pelayanan terhadap kelayan
                                                iv.     Bagaimana prosedur & bentuk catatan/recording yang digunakan
                                                  v.     Bagaimana proses penempatan kelayan
                                                vi.     Peran apa yang diharapkan dilakukan oleh pekerja sosial sebagai tim pemberi pelayanan
                                              vii.     Model treatment khusus apa yang digunakan dalam memberikan pelayanan terhadap kelayan (di RS & dalam Pusat Kesehatan Masyarakat/PKM)
Vii.   Pelayanan khusus apa yang diberikan lembaga & peranan apa yang  diharapkan dilakukan pekerja sosial dalam pelayanan khusus tersebut



d.       Pengetahuan tentang Kelayan
                                                    i.     Penyakit & permasalahan-permasalahan sosial emosional sehubungan dengan penyakit dan proses penyembuhannya
                                                  ii.     Latar belakang kelayan
                                                iii.     Faktor-faktor pendukung penyakit
                                                iv.     Persepsi kelayan tentang penyakit & masalahnya
                                                  v.     Nilai-nilai & moral kelayan yang mempengaruhi penyakit & masalahnya
                                                vi.     Kekuatan-kekuatan kelayan untuk mengatasi masalahnya
                                              vii.     Motivasi kelayan untuk sembuh
                                            viii.     Pengetahuan tentang kemungkinan penyembuhan, pengobatan & strategi-strategi khusus untuk setiap masalah kelayan

II.  Keterampilan
1)     Keterampilan Komunikasi
a)     Observasi
b)     Wawancara
c)     Mendengarkan
d)     Komunikasi efektif
e)     Menjelaskan sikap & perasaan
f)      Menjelaskan pilihan, dll
2)     Keterampilan Menjalin & Menegndalikan Relasi
a)     Menjalin & membina raport
b)     Membentuk kontrak
c)     Memberikan dukungan & semangat
d)     Berinteraksi dengan orang lain
e)     Menciptakan & membina kerjasama
f)      Menciptakan & mengendalikan hubungan tawar menawar & negosiasi
3)     Keterampilan Intervensi
a)     Brokering
b)     Mediasi
c)     Liaisoning
d)     Advokasi
e)     Conferee
f)      Konseling
g)     Terapi kelompok
h)     Penggunaan kelompok tolong menolong
i)      Penggunaan kelompok rekreasi
j)      Penggunaan kelompok pertemuan/kelompok sensitivitas
k)     Penerapan alcoholics anonymous, dll
4) . Keterampilan Administrasi & Manajemen Pelayanan
a)     Timing
b)     Identifikasi & analisa masalah
c)     Perencanaan pelayanan
d)     Partialisasi
e)     Individualisasi
        5).  Membuat & menyusun catatan kasus
a)     Menyusun laporan kasus
b)     Evaluasi & monitoring, dll




















DAFTAR PUSTAKA
Johnston, Mary. 1988. Relasi Dinamis antara Pekerja Sosial dengan Klien dalam Setting Rumah Sakit. Surakarta.
http///google (hal-hal yang berhubungan dengan Peksos Medis).