27 Februari 2012

pengertian pekerjaan sosial




I. PENGERTIAN PEKERJA SOSIAL


1. Max Siporin: Pekerjaan Sosial adalah suatu metoda institusi sosial untuk membantu orang mencegah dan memecahkan masalah mereka serta untuk memperbaiki dan meningkatkan keberfungsian sosial.
2. Allan Pincus : Pekerjaan sosial berkepentingan dengan permasalahan interaksi antara orang dengan lingkungan sosialnya, sehingga mereka mampu melaksanakan tugas2 kehidupan, mengurangi ketegangan, mewujudkan aspirasi dan nilai2 mereka.
3. Walter A. Friedlander : Pekerjaan sosial merupakan suatu pelayanan professional yang prakteknya didasarkan kepada pengetahuan dan keterampilan tentang relasi manusia sehingga dapat membantu individu, kelompok dan masyarakat untuk mencapai kepuasan pribadi dan sosial.
4. Charles Zastrow : Kegiatan professional untuk membantu individu, kelompok, dan masyarakat guna meningkatkan atau memperbaiki kemampuan mereka dalam berfungsi sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang memungkinkan mereka mencapai tujuan.
5. Rex Skidmore : Pekerjaan sosial bertujuan untuk meningkatkan keberfungsian sosial baik secara individual maupun kelompok, di mana kegiatannya difokuskan kepada relasi sosial mereka, khususnya interaksi antara manusia dengan lingkungannya.
6. Leonora Serafika de Guzman: Pekerjaan sosial merupakan profesi yang bidang utamanya berkecimpung dalam kegiatan pelayanan sosial yang terorganisasi, di mana kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan fasilitas dan memperkuat relasi, khususnya dalam penyesuaian diri secara timbal balik dan saling menguntungkan antara individu dengan lingkungan sosialnya melalui penggunaan metoda pekerjaan sosial.
7. Undang2 no. 11 tahun 2009 : Semua keterampilan teknis yang dijadikan wahana bagi pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial.

II. ASUMSI – ASUMSI PEKERJAAN SOSIAL
Untuk memahami pekerjaan sosial secara lebih mendalam maka terlebih dahulu perlu diketahui asumsi – asumsi pekerjaan sosial yaitu :
a. Pekerjaan sosial sama dengan seperti profesi lainnya mempunyai fungsi memecahkan masalah (problem solving function).
b. Praktek pekerjaan sosial merupakan suatu seni yang yang dilandasi oleh nilai, ketrampilan dan pengetahuan ilmiah.
c. Pekerjaan sosial sebagai suatu profesi yang muncul dan terus berkembang, karena mampu memenuhi kebutuhan orang dan aspirasinya diakui oleh masyarakat.
d. Pelaksanaan praktek pekerjaan sosial harus disesuaikan dengan nilai- nilai masyarakat dimana praktek tersebut akan dilaksanakan.
e. Dasar pengetahuan ilmiah pekerjaan sosial dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis yaitu : tested, hypothetial, dan assumptive knowladge.
f. Pengetahun – pengetahuan yang diperlukan untuk praktek pekerjaan sosial ditentukan oleh tujuan, fungsi, dan permasalahan yang dihadapi.
g. Internalisasi nilai – nilai dan pengetahuan profesional merupakan kebutuhan vital bagi para pekerja sosial profesional.
h. Ketrampilan profesi pekerjaan sosial diekspresikan melalui kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial profesional.

III. KARAKTERISTIK PEKERJAAN SOSIAL
Karakteristik yang membedakan profesi pekerjaan sosial deng aprofesi lain adalah sebagai berikut :
a. Fokus pekerjaan sosial adalah orang secara keseluruhan dan secara totalitas, yaitu mencakup faktor orang, tingkah laku, dan lingkungannya.
b. Pekerjaaan sosial menekankan kepada pentingnya keluarga didalam membentuk dan mempengaruhi tingkah laku anggota keluarga.
c. Pemanfaatan sumber – sumber masyarakat untuk membantu orang memecahkan masalahnya.
d. Penggunaan proses supervisi dapat memberikan petunjuk dan bimbingan bagi pekerja sosial yang belum berpengalaman agar nanti tumbuh dan berkembang menjadi pekerja sosial yang berpengalaman.
e. Pekerjaan sosial mempunyai program pendidikan yang unik karena memadukan antara pengetahuan, nilai dan ketrampilan yang diperoleh didalam kelas dengan pengalaman praktek di lapangan/masyarakat.
f. Pekerjaan sosial tradisional menekankan pada tiga proses dasar yaitu case work, group work, community organisation.
g. Pekerjaan sosial mempunyai badan profesi seperti NASW. CSWE, IPPSI
h. Relationship merupakan kunci didalam proses pekerjaan sosial.
i. Pekerjaan sosial berorientasi kepada konsep – konsep psikiatri dan lebih menekankan kepada pemahaman tentang orang.
j. Istilah di dalam pekerjaan sosial adalah social fungtioning, social interaction, dan malfungtioning.
k. Pekerjaan sosial mengakui bahwa permasalahan sosial dan tingkah laku manusia berada di dalam institusi – institusi sosial menusia.
l. Banyak pekerja sosial yang bekerja pada badan – badan sosial, baik badan milik pemerintah, swasta atau privat.
m. Tujuan paling dasar dari pekerja sosial adalah membantu klien atau masyarakat agar mereka membantu diri mereka sendiri.
n. Sejak pekerja sosial dipekerjakan didalam badan – badan sosial dan mendapat upah, maka bayaran dari klien dipergunakan untuk kesejahteraan badan sosial, bukan untuk meningkatkan penghasilan pekerja sosial.
o. Seorang pekerja sosial agar lebih efektif dalam melaksanakan tugasnya, maka dapat menggunakan dan mengembangkan pendekatan team, sehingga mampu mengkoordinasi kegiatan pelayanan yang diberikan.

IV. TUJUAN PEKERJAAN SOSIAL
Tujuan pekerjaan sosial menurut Allen Pincus & Anne Minahan sebagai berikut :
a. Enhance the problem solving and coping capacities of people
Meningkatkan kemampuan orang untuk melaksanakan tugas kehidupan dan kemampuandalam memecahkan masalah
b. Link people with systems that provide them with resources, service and opportunities
Mengkaitkan orang dengan sistem yang dapat menyediakan sumber, pelayanan dan kesempatan yang dibutuhkannya
c. Promote the effective and human operation of these systems
Meningkatkan kemampuan pelaksanaan sistem secara efektif dan berperikemanusiaan
d. Contribute to the development and improvement of social policy
Memberi sumbangan bagi perubahan, perbaikan dan perkembangan kebijakan serta perundang-undangan sosial
Tujuan pekerjaan sosial menurut Dean H. Hepworth & Jo Ann Larsen sebagai berikut :
The purpose of social work is to promote or restore a mutually benefir interaction betwen individuals and society in order to improven the quality of life for everyone.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kegiatan untuk meningkatkan atau memulihkan interaksi secara timbal balik antara individu dengan masyarakat merupakan tujuan yang hendak dicapai, agar tercipta kehidupan yangn berkualaitas tinggai. Pekerja sosial didalam mencapai tujuan diatas harus mempunyai keyakinan bahwa:
1) Lingkungan ( lingkungan fisik, sosial dan organisasi) hendaknya :
a) Memberikan kesempatan dan sumber – sumber agar setiap individu dapat merealisasikan segenap potensi dan aspirasinya secara maksimal.
b) Memberikan kesempatan dan sumber – sumber guna memenuhi kebutuhan semua manusia dan untuk mengurangi tekanan dan penderitaan yang dialami.
2) Individu – individu hendaknya memberikan kontribusi atau sumbangan yang efektif, sehingga dapat memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan kepada orang lain di lingkungan terdekat sampai pada masyarakat luas.
3) Transaksi individu dengan individu lain didalam masyarakat hendaknya dapat meningkatkan pengakuan bahwa setiap manusia mempunyai harkat dan martabat, individu yang unik, menentukan diri sendiri.
Mereka lebih lanjut memperinci tujuan pekerjaan sosial sebagai berikut :
1. Membantu orang memperluas kompetensinya dan meningkatkan kemampuan mereka menghadapi serta memecahkan masalah.
2. Membantu orang memperoleh sumber – sumber
Banyak orang yang memiliki sedikit pengetahuan tentang sistem sumber yang ada di masyarakat. Oleh karena itu pekerja sosial berperan sebagai broker (perantara) mengkaitkan orang dengan sistem sumber yang ada seperti pelayanan kesejahteraan anak, kesehatan, kesehatan mental dan sebagainya.
3. Membuat organisasi – organisasi yang responsif dalam memberikan pelayanan kepada orang.
4. Memberikan fasilitas interaksi antar individu dengan individu lain didalam lingkungan mereka. Kualitas hidup seseorang ditentukan oleh kualitas interaksinya dengan orang lain dilingkungan sosialnya.
5. Mempengaruhi interaksi antara organisasi – organisasi dengan institusi – institusi
6. Mempengaruhi kebijakan sosial maupun kebijakan lingkungan.

V. FUNGSI PEKERJAAN SOSIAL
1. Membantu orang untuk meningkatkan dan menggunakan secara lebih efektif kemampuan mereka untuk melaksanakan tugas kehidupan dan memecahkan masalah mereka.
Tugas yang dapat dilaksanakan pekerja sosial :
a. Mengidentifikasi dan mengadakan kontak dengan orang lain yang membutuhkan pertolongan dalam melaksanakan tugas kehidupan.
b. Memberikan pemahaman, dorongan dan dukungan kepada orang yang mengalami krisis.
c. Memberikan kesempatan kepada orang untuk mengutarakan kesulitan yang dialaminya.
d. Membantu orang untuk menguji berbagai alternative pemecahan masalah dan memberikan informasi untuk membantu mengambil keputusan.
e. Mengkonfrontasikan orang dengan realitas situasi yang mereka hadapi dengan jalan memberikan keterangan yang dapat mengganggu keseimbangan pribadi orang untuk selanjutnya diberikan motifasi guna terjadinya perubahan.
f. Mengajarkan keterampilan untuk membantu individu merealisasikan aspirasi mereka dan melaksanakan tugas kehidupannya.
2. Menciptakan jalur hubungan pendahuluan diantara orang dengan sistem untuk memperoleh sumber.
Tugas2 yang dapat dilaksanakan pekerja sosial :
a. Membantu mengidentifikasi orang yang membutuhkan sistim sumber atau orang yang tidak berhak mendapatkan keuntungan / tidak mampu memanfaatkannya, tetapi tidak menyadari bahwa mereka memenuhi persyaratan untuk menerima pelayanan sistem sumber.
b. Memberikan informasi tentang adanya sumber yang dapat dimanfaatkan, hak mereka untuk memanfaatkannya, dan menjelaskan prosedur yang perlu dilakukan untuk memanfaatkan sumber tersebut.
c. Membantu orang mengatasi masalah praktis dalam memanfaatkan sumber tertentu.
d. Membuat referral dalam membantu orang untuk mengatasi kesulitan dalam memanfaatkan sumber maupun negosiasi terhadap suatu sistem.
e. Memberikan informasi dan bertindak sebagai advokat dapat memberikan stimulasi kepada sistim sumber kemasyarakatan untuk menguji kebijakan pelayanan yang diberikan kepada kelompok.
f. Membantu orang untuk bertindak sebagai sumber bagi orang lain melalui pembentukan sistim baru.
3. Mempermudah interaksi, merubah dan menciptakan hubungan baru di antara orang dengan sistem kemasyarakatan. Tugas yang bisa dilakukan pekerja sosial :
a. Memberikan informasi kepada sistim sumber kemasyarakatan untuk menjelaskan masalah yang terjadi sebagai akibat sistem sumber tersebut.
b. Bertindak sebagai seorang konsultan terhadap suatu sumber kemasyarakatan dan memberikan rekomendasi mengenai berbagai cara pemberian pelayanan.
c. Mengkonsultasikan sistem informal untuk membantu mereka memperoleh pelayanan.
d. Mengkaitkan orang ke dalam salah satu sistem sumber kemasyarakatan dengan sistem sumber kemasyarakatan yang lain.
e. Mengorganisasi penerima pelayanan untuk menjadi anggota organisasi yang baru
f. Menjadi penengah dalam memecahkan masalah yang terjadi di antara sistem sumber informal, anggota organisasi, maupun sistem sumber kemasyarakatan.
4. Mempermudah interaksi, merubah dan menciptakan hubungan baru di antara orang dengan lingkungan sistim sumber. Tugas yang dapat dilakukan pekerja sosial :
a. Menyalurkan informasi.
b. Menjadi penengah yang netral
c. Membantu mengorganisasi bagian dari suatu sistem
d. Bertindak sebagai konsultan dari anggota suatu sistem.
e. Mengajarkan keterampilan kepada anggota suatu sistem untuk memungkinkan mereka melaksanakan suatu peranan.
f. Memasukkan anggota baru ke dalam suatu sistem.
g. Melibatkan anggota suatu system untuk mengadakan pengungkapan dan pemahaman masalah.
5. Memberikan sumbangan bagi perubahan, perbaikan, dan perkembangan kebijakan perundang-undangan sosial. Tugas yang dapat dilakukan pekerja sosial :
a. Mengumpulkan dan menganalisa informasi mengenai masalah dan kondisi yang dapat menunjukkan perlu diadakannya perubahan dalam kebijakan dan perundang-undangan sosial.
b. Mendorong badan sosial tempat ia bekerja, atau sistem sumber kemasyarakatan lainnya serta organisasi formal agar menentukan sikap terhadap berbagai persoalan dalam masyarakat.
c. Membuat sistem baru untuk melaksanakan perubahan pada kebijakan sosial.
d. Mendorong yang lainnya untuk menjadi advokat yang secara langsung berhubungan dengan pembuat kebijakan untuk mengadakan perubahan.
e. Menyusun pelayanan, program, konsep peraturan dan proposal guna mengubah kebijakan dan menciptakan pelayanan yang dibutuhkan..
6. Meratakan sumber dalam arti sumber material dibagikan secara adil. Tugas yang bisa dilakukan pekerja sosial :
a. Menentukan kebutuhan dan ketepatan sumber serta menentukan orang yang memenuhi persyaratan untuk menggunakan sumber tersebut.
b. Membentuk suatu sumber informal yang baruuntuk orang tertentu.
c. Menentukan tempat adanya sumber atau persyaratan untuk memanfaatkan sumber.
d. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada orang yang akan bertindak sebagai sumber.
e. Mempersiapkan orang untuk menggunakan sumber dan menggunakan sumber secara efektif.
f. Memonitor dan mensupervisi penggunaan sumber.
7. Bertindak sebagai pelaksana kontrol. Tugas yang dapat dilakukan pekerja sosial :
a. Mengadakan supervise kepada orang yang tingkahlakunya menyimpang.
b. Menyelidiki laporan tentang adanya praktek penelantaran atau penyiksaan terhadap orang yang seharusnya memperoleh perlindungan.
c. Memberikan lisensi terhadap sumber yang memberikan fasilitas untuk menjamin pelayanan yang memadai pada orang yang membutuhkan.
Fungsi Pokok Pekerjaan Sosial :
1. Restoratif / pengembalian atau pemulihan kepada keadaan semula.
a. Kuratif / menolong, menyembuhkan.
Kegiatan kuratif mencakup : identifikasi, pengontrolan, penghapusan atau penyembuhan terhadap ketidakmampuan berelasi sosial
b. Rehabilitatif / Pemulihan kepada keadaan yang semula . Kegiatan rehabilitasi mencakup upaya untuk merekonstruksi dan mereorganisasi pola interaksi yang telah rusak dan pecah atau membangun kembali pola interaksi yang baru. Memulihkan kapasitas agar kembali dalam keadaan sehat dan dapat dimanfaatkan atau dipulihkan kepada suatu kondisi yang memuaskan. Digunakan dalam konteks membantu orang yang telah terganggu kapasitasnya atau tidak berfungsi, digunakan di RS, panti, klinik, sekolah, LP, dsb. Membangun kembali pola interaksi yang baru.
2. Preventif / Pencegahan : Untuk menemukan secara awal, mengontrol dan menghapuskan kondisi - kondisi yang menyebabkan orang tidak berfungsi sosial.
3. Pengembangan :
a. Membantu orang meningkatkan kemampuan untuk berfungsi sosial
b. Mengkaitkan orang dengan sistem sumber.
c. Memberikan fasilitas interaksi dengan sisitim sumber.
d. Mempengaruhi kebijakan sosial.
e. Menyalurkan sumber – sumber material.
f. Memberikan pelayanan sebagai pelaksana control sosial.

VI. FOKUS INTERVENSI PEKERJAAN SOSIAL
Para ahli (Max Siporin, Charles Zastrow, Rex A. Skidmore dan Milton G. Thackery) menyatakan bahwa pekerjaan sosial merupakan suatu profesi pertolongan, yang ditujukan untuk membantu orang (baik individu maupun kolektif) meningkatkan keberfungsian sosialnya (social fungtioning). Jadi keberfungsian sosial merupakan fokus dari pekerjaan sosial.
Social fungtioning dipandang dari berbagai segi yaitu :
1. Kemampuan melaksanakan peran sosial
Social fungtioning dapat dipandang sebagai penampilan/pelaksanaan peran yang diharapkan sebagai anggota suatu kolektivitas. Pandangan tersebut memiliki beberapa aspek yaitu :
a. Status sosial
Seseorang hidup ditengah – tengah kolektivitas (keluarga, kelompok, komunitiy dan masyarakat) pasti mempunyai status sosial. Status sosial yang bersifat jamak yaitu seseorang memiliki lebih dari satu status sosial seperti sebagai orang tua, suami, anak, dan sebagainya.
b. Interaksional
Setiap status sosial yang dimiliki seseorang selalui mempunyai pasangan (berinteraksi dengan pasangannya).misal :
Orang tua anak
Suami istri
Kepala bawahan
c. Tuntutan atau harapan
Setiap status sosial yang dimiliki seseorang pada dasarnya menuntut tingkah laku yang harus dilaksanakan. Tuntutan tingkah laku sesuai dengan norma atau nilai dimana orang tersebut berada (expectation role). Misalnya status sosial sebagai orang tua, maka dituntut untuk :
• Dapat mendidik anak – anaknya
• Dapat memberikan contoh
• Melakukan sosialisasi, dsb.
d. Tingkah laku
Tingkah laku manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang ada didalam diri/internal maupun dari luar/eksternal. Kesemua faktor tersebut saling berelasi, berinteraksi dan berinterdependensi sehingga membentuk tingkah laku yang kompleks. Jadi tingkah laku pada prinsipnya mempunyai sebab dan akan menimbulkan suatu akibat.
e. Situasional
Pelaksanaan peran/tingkah laku seseorang sesuai dengan statusnya, selalu berada dalam kontek situasi, artinya orang bertingkah laku selalu dalam konteks situasi sosial. Situasi sosial merupakan kesatuan dasar yang memungkinkan terjadinya interaksi sosial.
Orang dalam memandang situasi sosial dapat bersifat :
1) Konseptual – deskriptif yaitu penggambaran tentang :
• Apa dan bagaimana kenyataan – kenyataan dihadapi
• Tugas dan kegiatan apa saja yang mungkin dapat dilaksanakan
• Peran apa saja yang dapat dilakukan
2) Operational - perspektif, yaitu gambaran tentang :
• Pedoman yang perlu diikuti
• Kemungkinan dimasa mendatang
• Tindakan – tindakan yang perlu dilakukan dimmasa mendatang
Oleh sebab itu, orang dalam merasakan dan memandang situasi juga beraneka macam, antara lain:
1) Memandang situasi sosial sebagai situasi yang dapat dipercaya. Namun sebaliknya, ada orang yang memandang situasi yang tidak dapat dipercaya.
2) Memandang situasi sosial sebagai situasi yang memberikan dukungan. Namun sebaliknya ada orang yang memandang sebagai keadaan yang menekan atau menuntut.
3) Memandang situasi sosial sebagai situasi yang menumbuhkan dan mengambangkan identitas pribadi. Namun sebaliknya ada orang yang memandang sebagai situasi yang sebagai situasi yang membahayakan.
Max Siporin menyatakan ada sembilan ciri situasi sosial yang dikatakan sebagai situasi yang fungsional, yaitu :
a) Situasi sosial yang secara struktural memadai, karena :
• Menyediakan materi dan tenaga yang cukup
• Kondisi ekologis yang memadai
• Relasi yang baik dan wajar
b) Situasi yang secara kultural memadai, karena :
• Mempunyai nilai, norma dan sanksi
• Mempunyai tertib moral
• Mempunyai identitas yang efektif
c) Proses – proes yang ada didalam situasi sosial dapat berjalan secara efisien dan terarah kepada pencapaian tujuan.
d) Situasi sosial secara menyeluruh dapar terlihat dengan jelas, konsisten, dan rellatif stabil, walaupun situasi sosial tersebut memberikan kemungkinan untuk mengadakan penyesuaian dan perubahan.
e) Situasi tersebut menyediakan kesempatan, sumber dan pelayanan yang dibutuhkan.
f) Situasi sosail tersebut memberikan dorongan atau tuntutan, memberikan sanksi dan imbalan yang wajar.
g) Situasi sosial tersebut menyediakan imbalan atau meningkatkan identitas, harga diri dan kesadaran kompetensi individu maupun kelompok sebagai kesatuan.
h) Situasi tersebut mendorong kesadaran akan adanya kenyataan – kenyataan kehidupan yang menuntut, yang perlu dihadapi dengan ketrampilan – ketrampilan yang dimiliki.
i) Situasi sosial tersebut memberikan kemungkinan kepada anggotanya untuk berhubungan dengan orang lain.
2. Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
Untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan dasar manusia, sebenarnya ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Kebutuhan manusia pada prinsipnya bebersifat jamak, artinya kebutuhan manusia adalah lebih dari satu.
b. Ada bebrapa kebutuhan manusia yang sebenarnya mepukan karakteristik dari konteks kebudayaan yang dimilikinya.
c. Sistem kebuuhan setiap individu sangat tergantung dari perkembangannya. Kebutuhan bayi, remaja dan dewasa akan berbeda – beda.
Jenis kebutuhan manusia secara umum dapat dilihat dari pendapat para ahli sebagai berikut :
1. Neil Gilbert dan Harry Specht
Menyatakan bahwa kebutuhan manusia dapat dikelompokkan menjadi 5 bagian yaitu:
a. Physical needs
b. Emotional needs
c. Intelectual needs
d. Spiritual needs
e. Social needs
2. Abraham H. Maslow
Membagi kebutuhan manusia menjadi 5 bagian pula, yaitu :
a. Physicological needs
b. Safety needs
c. Love and belonging needs
d. Esteem needs
e. Self actualization needs
3. NASW & CSWE
Mengembangkan kebutuhan manusia berdasarkan pendapat Maslow, yaitu :
a. Need for physical and mental well being
b. Need to know
c. Need for justice
d. Need for economical security
e. Need for self realization, intimacy and relationship
4. Naomi I. Brill
Menyatakan bahwa kebutuhan manusia pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu:
a. The need for security (kebutuhan akan rasa aman)
Kebutuhan rasa aman mencakup kebutuhan meterial yang berguna untuk menopang hidup, seperti makan, pakaian, perumahan dan kebutuhan non material seperti kebutuhan mencintai dan dicintai dll.
b. The need accomodate the drive towar groth (kebutuhan untuk mengakomodir dorongan – dorongan yang dapat mengakibatkan terjadinya pertumbuhan)
5. Hepworth dan Larsen
Mengelompokkan kebutuhan manusia menjadi 4 yaitu:
a. Positive self consept
• Identify
• Self esteem
• Self confidance
b. Emotional
• Feeling needed and valued by others
• Sense of belonging
• Companionship
c. Personal fulfillment
• Education
• Recreation
• Accoplishment
• Esthetic satisfaction
• Religion
d. Phsycal need
• Food, clothing, hausing
• Health care
• Safety
• Protection
3. Kemampuan untuk memecahkan permasalahan sosial yang dialami
Orang didalam usahanya memenuhi kebutuhan, melaksanakan tugas – tugas kehidupan dan mewujudkan aspirasinya tidaklah mudah. Ia dihadapkan kepada keterbatasan – keterbatasan, hambtan – hambatan dan kesulitan – kesulitan. Manusia di hadapkan pada permasalahan yang harus dihadapi.

VII. MASALAH SOSIAL
1. Masalah atau problema adalah perbedaan antara das sollen (yang seharusnya, yang diinginkan, yang dicita-citakan, yang diharapkan) dengan das sein (yang nyata, yang terjadi). Dengan kata lain masalah adalah perbedaan antara yang ideal dan real, misalnya kita mencita – citakan masyarakat yang sejahtera, ternyata yang terjadi banyak masyarakat yang masih miskin.
2. Menurut Horton dan Leslie dalam Suharto (2000), masalah sosial adalah suatu kondisi yang dirasakan banyak orang yang tidak menyenangkan serta menuntut pemecahan aksi sosial secara kolektif.
3. Parillo yang di kutip Soetomo (1995:4) dalam Pengorganisasisan dan Pengembangan Masyarakat : empat komponen dalam memahami pengertian masalah sosial, yaitu :
a. Masalah itu bertahan untuk suatu periode tertentu.
b. Dirasakan dapat menyebabkan berbagai kerugian fisik atau mental, baik pada individu maupun masyarakat.
c. Merupakan pelanggaran terhadap nilai-nilai atau standar sosial dari satu atau beberapa sendi kehidupan masyarakat.
d. Menimbulkan kebutuhan akan pemecahan.
Masalah sosial merupakan persoalan yang timbul secara langsung atau bersumber langsung dari suatu kondisi maupun proses sosial antara lain:
a) Masalah sosial pertama (Primary Sosial Problem) adalah kondisi yang berpengaruh terhadap konsekuensi yang beragam dan bermacam-macam bagi masyarakat.
b) Masalah sosial kedua (Secondary Sosial Problem) adalah kondisi yang merugikan diakibatkan secara umum dari masalah sosial yang lebih berpengaruh dan pada gilirannya mengakibatkan masalah sosial tambahan.
c) Masalah sosial ketiga (Tertiary Sosial Problem) adalah kondisi yang merugikan langsung maupun tidak langsung mengakibatkan masalah yang lebih dominan.
Masalah sosial yang dihadapi bangsa Indonesia yang cukup menunjol sebagai berikut :
• Kemiskinan
• Pengangguran
• Kejahatan
• Kenakalan anak dan remaja
• Penyalahgunaan narkoba
• Pornografi, pornoaksi, dan prostitusi
• Perjudian
• Perkosaan
• Ganguan kejiwaan
• Masalah bencana
• Keterlantaran anak
• Lanjut usia terlantar
• Masalah kecacatan
• Buruknya jaminan sosial
• Konflik sosial
• Kerusuhan sosial
• Kekerasan terhadap anak dan perempuan
• Masalah pengungsi
• Masalah HIV/AIDS
• Masalah diskriminasi dan ketidakadilan
• Masalah daerah kumuh
• Kondisi kesehatan masyarakat yang buruk
• Disharmonisasi sosial
• Menurunnya solidaritas sosial
• Stres, depresi, dan bunuh diri
• Disorganisasi keluarga
VIII. SISTEM SUMBER DALAM PEKERJAAN SOSIAL
Sumber adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk melaksanakan keberfungsian sosial .
1. Sumber menurut Max Siporin
a. Sumber internal dan eksternal
1) Sumber internal : Sumber yang ada didalam diri kelayan (individu, kelompok, masyarakat). Contoh :kemampuan intelektual, kebersamaan, gotong royong
2) Sumber eksternal : Sumber yang ada diluar diri kelayan (individu, kelompok, masyarakat). Contoh : kekayaan, prestise, mata pencaharian, sanak saudara yang kaya, teman yang berpengaruh, hak-hak jaminan
b. Sumber offisial/ formal dan Sumber non offisial/ non formal
1) Sumber offisial : tokoh formal, organisasi-organisasi yang secara formal mewakili masyarakat, guru, pekerja sosial, badan konseling, badan sosial pemberi pelayanan
2) Sumber non offisial : dukungan emosional maupun sosial dari kerabat, teman, tetangga. Sumber non offisial merupakan bagian dari sistem sumber pertolongan alamiah
c. Sumber manusia dan non manusia
1) Sumber manusia : orang-orang yang mempunyai kemampuan dan kekuatan untuk digali dan dimanfaatkan untuk membantu memecahkan permasalahan klien
2) Sumber non manusia : sumber-sumber material atau benda
d. Sumber simbolik partikularistik, kongkrit universal dan pertukaran nilai
1) Sumber simbolik partikularistik : berupa simbol yang tidak bisa diraba Contoh : informasi dan status sosial seseorang. Informasi dan status sosial di masyarakat mempunyai arti simbolik yang khusus dan dapat dipergunakan sebagai sumber yang dapat digali dan dimanfaatkan
2) Sumber kongkrit universalistik : berupa hal yang nyata dan umum. Contoh : pelayanan,benda kongkrit Sumber pertukaran nilai : kasih sayang, uang
2. sumber menurut Allen Pincus dan Anne Minahan
a. Sumber Informal / alamiah
Dapat berupa keluarga, teman, tetangga, orang lain yang bersedia membantu, dukungan emosional, kasih sayang, nasehat, informasi, pelayanan kongkrit lainnya
b. Sumber Formal
Keanggotaannya dalam suatu organisasi atau asosiasi formal bertujuan untuk meningkatkan minat anggota mereka. Sistem sumber dapat juga membantu anggotanya untuk bernegosiasi dan memanfaatkan sistem sumber kemasyarakatan.
c. Sistem Sumber Kemasyarakatan
Berupa rumah sakit, badan adopsi, program latihan kerja, pelayanan resmi. Orang dalam kehidupannya terkait dengan sistem sumber kemasyarakatan, seperti sekolah, pusat perawatan anak. Orang juga terkait dengan badan-badan pemerintah dan pelayanan umum lainnya, misal kepolisian, tempat rekreasi,
perpustakaan umum dll.
IX. SISTEM DASAR PRAKTEK PEKERJAAN SOSIAL
1. Sistem Pelaksana Perubahan (Change Agent System)
Adalah menunjuk pada sekelompok yang tugasnya memberikan bantuan atas dasar keahlian yang berbeda dan bekerja sama dengan system yang berbeda Pelaksana perubahan yang utama adalah orang yang bertanggung jawab. Pelaksana perubahan : Seorang pemberi bantuan yang secara khusus dipekerjakan untuk tujuan mengadakan perubahan berencana.
2. Sistem Klien (Client System)
Klien yang dimaksud bias orang : individu, kelompok, masyarakat. Klien adalah setiap orang yang diharapkan menerima pelayanan dari pelaksana perubahan dan juga yang meminta bantuan dan terlibat dalam pelayanan yang diberikan oleh pekerja sosial. Orang -------klien --------ada kontrak. Sistem klien dapat diperbesar bidang cakupannya atau memperkecil. Sistem klien adalah orang-orang yang telah memberikan kewenangan atau meminta bantuan didalam usaha perubahan dan melibatkan diri mereka. Suatu persetujuan kerja atau kontrak dengan pekerja sosial.
3. Sistem Sasaran (The Target System)
Adalah orang-orang yang dijadikan sasaran perubahan dimana perubahan yang terjadi diharapkan dapat mempengaruhi dan pencapaian tujuan pertolongan. Seorang pekerja sosial bekerja sama dengan klien menentukan tujuan perubahan dan menentukan orang tertentu yaitu sasaran, agar tujuan dapat dicapai. Contoh : Pekerja sosial yang membantu isteri yang mengalami gangguan mental (klien dan suaminya yang sedang menganggur. Kadang sistem klien dan target berupa orang yang sama, contoh menghadapi ibu untuk merubah cara-cara yang digunakan untuk menghadapi anak-anaknya.
4. Sistem Kegiatan (The Action System)
Menunjuk orang-orang bersama-sama pekerja sosial berusah untuk menyelesaikan tugas-tugas dan mencapai tujuan usaha-usaha perubahan. Tujuan penggunaan sistem kegiatan adalah untuk mempengaruhi orang-orang yang masih menjadi klien potensial agar beralih menjadi klien actual.
X. KERANGKA REFERENSI PEKERJAAN SOSIAL
I. Kerangka Pengetahuan (Body of Knowledge)
Pekerjaan Sosial Pengetahuan adalah hasil dari research dan praktek yang sudah teruji ketepatan dan kebenarannya dalam memberikan pelayanan peksos menggunakan pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang sudah teruji ketepatan dan kevaliditasannya . Pengetahuan pekerjaan sosial dikelompokkan dalam 3 golongan
a. Pengetahuan tentang klien (individu, kelompok, masyarakat)
b. Pengetahuan tentang lingkungan sosial
c. Pengetahuan yang berkaitan dengan masyarakat dan kebudayaan
d. Pengetahuan tentang profesi pekerjaan sosial profesional
e. Meliputi pengetahuan : Diri sebagai seorang pekerja sosial (self), profesi, intervensi
2. Kerangka Nilai (Body of Value) Pekerjaan Sosial
Nilai adalah sesuatu yang dianggap baik. Nilai adalah kepercayaan, pilihan atau asumsi tentang apa yang baik untuk manusia. Pekerja sosial dalam melaksanakan tugasnya selalu dipengaruhi oleh nilai-nilai :
a. Nilai pribadi pekerjaan sosial
b. Nilai profesi pekerjaan sosial
c. Nilai klien atau kelompok
d. Nilai masyarakat
3. Kerangka Keterampilan (Body of Skills) Pekerjaan Sosial
Keterampilan merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan nilai yang dipunyai oleh seseorang merupakan alat untuk memadukan antara kerangka pengetahuan kerangka nilai, untuk dapat mempraktekkan secara bertanggung jawab. Keterampilan erat kaitannya dengan seni seseorang untuk mempraktekan teori dan nilai.
Ketrampilan - ketrampilan dasar :
a. Ketrampilan memberikan pertolongan dasar
b. Ketrampilan melakukan perjanjian
c. Ketrampilan melakukan observasi
d. Ketrampilan berkomunikasi
e. Ketrampilan empati
Alat untuk meningkatkan ketrampilan pekerja sosial :
a. Pencatatan kasus
b. Supervisi
c. Konferensi penangan kasus
d. Pembahasan ulang dan evaluasi
e. konsultasi
XI. PRINSIP – PRINSIP PEKERJAAN SOSIAL
1. Menurut Piccard 1979
a. Individualization
b. Purposeful expression on felling
c. Controlled emotional involvement
d. Acceptance
e. Nonjudmental attitude
f. Self determination
g. confidentiality
2. friedlander, 1997
a. the principle of acceptance
b. the principle of individualization
c. the principle of communication
d. the principle of participation
e. the principle of confidentiality
f. the principle of case work self awereness
XII. GAMBARAN PEKERJAAN SOSIAL DI INDONESIA
Di Indonesia pekerjaan sosial adalah profesi yang belum banyak diketahui masyarakat secara luas. Jarang sekali ada pembahasan di media massa. Oleh karena itu tidak perlu heran jika ada sebagian masyarakat masih beranggapan, pekerja sosial masih identik dengan relawan (Volunteer). Padahal antara pekerja sosial dan relawan memiliki perbedaan, yaitu cara kerja dan mekanisme pertolongan kepada para penyandang masalah sosial. Relawan senantiasa bekerja dan memberikan pertolongan atas dasar belas kasihan (phylanthropy) atau karena dorongan amal (charity).
Pekerja sosial di Indonesia akhir – akhir ini sudah mulai eksis dengan ada dibeberapa bidang seperti Pekerja sosial dirumah sakit sebagai pekerja sosial medis, Lembaga pemasyarakatan sebagi pekrja sosial koreksional, Lembaga Pendidikan sebagai Konselor, dll. Selain itu ada wadah untuk pekerja sosial di Indonesia yitu Ikatan Pekerja Sosial Profesisonal Indonesi (IPSPI).


















DAFTAR PUSTAKA
Heru Sukoco,Dwi.1992.Profesi Pekerjaan sosisal.Bandung:Koperasi mahasiswa STKS Bandung.
Huraerah,Abu.2008 pengorganisasian dan pengembangan masyarakat. Bandung: Humaniora.
Materi kuliah Metode – Metode Pekerjaan Sosial 1&2




26 Februari 2012

TAHAPAN INTERVENSI DALAM PEKERJAAN SOSIAL


Dalam peraktek seorang pekerja sosial harus memiliki keterampilan dalam upaya pemecahan suatu masalah yang di hadapi baik masalah makro mezo maupun masalah mikro sebelum melakukan intervensi. Seorang pekerja sosial harus memiliki skil dan kopentesi dalam menentukan masalah yang di tangani dengan tahap tahap yaitu :
1.      Melakukan kontak dan konrak
2.      Melakukan assesment
3.      Menyusun program kerja
4.      Melakukan intervensi sosial
5.      Melakukan kontrol dan evaluasi
6.      Melakukan terminasi

Adapun dari taapan di atas memiliki fungsi masing masing diantaranya

1.      Malakukan kontak dan kontrak
Dalam tahap ini pekerja sosial harus melakukan kontak meksudnya seorang pekerja sosial hendaknya melakukan kontak maksudkan membangun relasi dan setelah relasi terbentuk maka disini akan ada yang namanya kontrak atau yang biasanya di sebut dengan janji hati dalam tahap ini ada hal yang sangat penting yaitu bangai mana kita meyakinkan masyarakat atau klain agar  mereka percaya kepada kita intinya pekerja sosial harus mampu membangun kepercayaan.
2.      Melakukan assesment
Pada tahap assesmen ini adalah tahap yang rawan dan sangat vital dalam memecahkan masalah ketika pada tahap ini kita tidak mampu mengungkap masalah yang di hadapi baik penyebab, maupun sumber potensi kekuatan dari suatu  masalah yang di hadapi maka masalah akan sangat berenagaruh terhadap rencana kegitan penolongan dan akan tidak tepat proses intervensi yang diberikan.
3.      Menyusun program kerja
Selanjutnya setelah melakukan assesmen baik dari masalah maupun potensi yang ada pada suatu masyarakat yang sedang diberikan pertolongan tahap selanjutnya yaitu menyusun program kerja. Dalam menyusun program kerja ini tidak bisa sembarang karna kita harus mengambil patokan dari hasil assesmen agar masalah yang ditangani dapat diselesaikan sesuai dengan kebutuhan. Selain itu juga dalam proses pembuatan progaram kerja seorang pekerja sosial tidak bisa memberiakan dan memaksakan apa yang ingin dalam pemecahan masalah melaikan harus menanyakan atau merundingkan apa saja yang harus dilakuakan.
4.      Melakukan intervensi
Setelah assesmen dan progaram kerja disusun selanjutnya kita kita melakuakn intervensi soaial terhadap masyarak tungas utama dari intervensi ini lebih ke arah pemdampingan.

5.      Melakukan pendampingan dan evaluasi
Dalam tahap ini pekerja sosial harus meilhat seajauh mana kemajuan terhadap program yang di berikan baik dari masalah yang di hadapi maupun kendala kendala yang akan menghalang dalam proses pertolongan dan mempersiapkan model model lain untuk menganti intervensi yang dilakukan ketika intervensi yang di terapkan itu gagal.
6.      Tahap terminasi
Setelah lima tahap di atas sudah di penuhi maka untuk menghindari ketergantungan sosial maka pekerja sosial hendaknya melakuan terminasi untuk menangulangii hal tersebut.

Aplikasi metode Comunity organisatin and Comunuty develonment (CO/CD)
Intervensi makro pada ktlurahan maleer kecamatan batununggal kota bandung

PENELITIAN KUALITATIF (HASIL OBSERVASI)

Observasi dilakukan di tiga tempat yaitu kompelek perumahan dosen UNPAD, Lingkungan curug dago, dan terakhir di Internasinal Schoul berlangsung pada hari selasa tanggal 8 November 2011 dari jam 08.00-10.00 Wib

I.      Hasil Observasi

A.    Lokasi Pertama (Perumahan Dosen UNPAD)

·       Situasi Lingkungan

Di perumahan dosen terlihat rapih dengan  bangunan-bangunannya tertata teratur, jalanannya lebar dan terbuat dari aspal. Nampak sebuah rumah yang terlihat sepi dan cukup besar, serta di depan terparkir sebuah mobil. Perumahan tersebut terlihat rindang dengan banyaknya pohon-pohon yang tumbuh di pinggir jalan. Perumahan juga terlihat bersih dari sampah-sampah yang berserakan dipinggir-pinggir jalan. Saluran airnya bersih tanpa sampah sehingga pembuangannya lancar. Di dinding pinggir jalan juga terdapat seperti papan yang tertempel dan bertuliskan “DILARANG BUANG SAMPAH DISINI”.

·       Situasi Sosial
Suasana diperumahan saat itu sepi, hanya sesekali saja motor dan mobil lewat. Ada juga ibu-ibu yang sedang bercerita sambil menunggu anaknya pulang dari Taman Kanak-kanak (TK), terlihat juga seorang bapak yang membersihkan di depan Taman Kanak-Kanak. Tidak nampak interaksi sosial dengan sesama tetangga

·       Fasilitas umum yang ada

Ada berbagai fasilitas yang terdapat di perumahan tersebut, disebelah utara di persimpangan pertama saat masuk di perumahan tersebut terlihat Taman Kanak-Kanak (TK) Nurul Jamil, dan disebelahnya lagi terdapat mesjid yang juga dinamakan Mesjid Nurul Jamil yang mempunyai halaman yang cukup laus. Masyarakat sekitar gunakan untuk kepentingan bersama dalam melakukan kegiatan-kegiatan kerohanian.



B.    Lokasi Kedua (Curug Dago)

·       Situasi Lingkungan
Kondisi perumahan disana kurang tertata dengan baik, sehingga terlihat kurang bersih. Terlihat jalan setapak yang sempit dan tidak terbuat dari aspal. Nampak juga sebuah rumah yang sederhana dan didepan rumah terparkir dua sepeda motor. Perumahan terlihat sangat kotor karena sampah yang berserakan dan jemuran yang dijemur di samping rumah. Di daerah tersebut juga ada kolam ikan milik warga sekitar, serta terdapat saluran air dipinggir jalan setapak yang nampak bersih.\

·       Situasi Sosial
Suasana di perumahan saat itu tidak begitu ramai, karena terlihat hanya beberapa motor saja yang berlalu-lalang. Ada juga ibu-ibu yang sedang berkumpul dan bercerita dengan warga yang lain, serta bapak-bapak yang duduk-duduk sambil bercerita di poskamling. Di perumahan tersebut terlihat hubungan interaksi sosial dengan warga yang lain terjalin dengan baik, penduduknya juga terlihat ramah dan sopan.

·       Fasilitas umum yang ada
Ada berbagai fasilitas yang terdapat di perumahan tersebut, seperti pos kamling yang sekaligus berfungsi sebagai pangkalan ojek, terdapat juga majalah dinding (mading) yang tidak begitu berfungsi dengan baik untuk memberikan informasi kepada masyarakat karena kurangnya pemeliharaan dan pengetahuan masyarakat mengenai fungsi dari mading tersebut. Terdapat taman di curug dago yang keberadaannya tidak begitu terawat dan kurang difungsikan oleh warga sekitar.


C.    Lokasi Ketiga (Perumahan Green Citra Dago)

·       Situasi Lingkungan

Disekitar International School terlihat kotor karena ada pembangunan perumahan guru untuk tempat tinggal para guru di International School. Suasananya sedikit ramai sesekali kendaraan yang lewat di sekitar sana. Di International School juga terlihat sepi karena pada saat itu sedang berlangsung proses belajar mengajar. Nampak bahan-bahan bangunan yang berserakan di pinggir jalan seperti besi, pasir, batu bata, krikil, semen dan lain-lain. Sampah juga terlihat berserakan disekitar pembangunan tersebut tetapi di sekitar International School terlihat sangat bersih dan teratur. Saluran air di daerah ini juga terlihat bersih sehingga pembuangannya lancar. Disamping kanan International School terdapat tanah lapang yang cukup luas.

·       Situasi Sosial

Suasananya sedikit ramai karena sebagian dari mereka sedang melaksanakan aktivitas pembangunan perumahan guru, terlihat para pekerja bangunan yang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, ada yang sedang mengangkat batu, mendorong gerobak yang berisikan batu bata, memasang besi, membuat campuran semen, dan ada juga yang mengawasi jalannya pembangunan. Suara yang timbulkan dari pembangunan tersebut cukup bising seperti suara-suara mesin pekerja, suara palu-palu, dan lain-lain. Satpam di International School juga begitu ramah menyapa mahasiswa STKS yang sedang melakukan observasi di sekitar sekolah tersebut.

·       Fasilitas  Umum yang Ada

            Di daerah Green Citra Dago terdapat International School, taman yang bertuliskan Green Citra Dago, dan pos satpam. International School merupakan sekolah swasta yang berkelas. Selain itu taman Green Citra Dago suasanya sangat sejuk dan asri.

Analisis

·       Situasi lingkungan

      Antara lokasi 1, 2,dan 3 mempunyai perbedaan yaitu pada lokasi 1 letak perumahan tertata dengan rapi, bersih dan terlihat lebih elit. Di lokasi 2 penataan rumahnya kurang rapi, dan dibandingkan dengan lokasi 1, rumah di lokasi 2 terlihat lebih sederhana. Di lokasi 3 tidak terlalu jauh berbeda dengan lokasi 1 dengan tatanan perumahan yang rapi dan teratur, hanya saja dengan adanya pembangunan membuat lingkungan disekitar pembangunan menjadi kotor. Tetapi lokasi 1, 2  dan 3 memiliki kesamaan yaitu memiliki saluran pembuangan yang bersih dan lancar.

·       Situasi sosial

Di lokasi 1 suasananya sunyi - sepi karena tidak terlihat interaksi sosial antara warga yang satu dengan warga yang lain. Sedangkan di lokasi 2 suasananya sepi tetapi terlihat interaksi sosial dengan warga lainnya seperti sekumpulan ibu-ibu yang sedang cerita. Sedangkan di lokasi 3 suasananya juga sedikit ramai di bandingkan kedua lokasi yang terdahulu yaitu 1 dan 2 disekitar daerah tersebut sedang berlangsung pembangunan sehingga terlihat interaksi sosial antar sesama pekerja.

·       Fasilitas Umum

Pada lokasi 1 terdapat sekolah TK dan mesjid sedangkan di lokasi 2 tidak terdapat sekolah dan mesjid tetapi di lokasi 2 juga terdapat fasilitas  pos kamling dan majalah dinding (madding) yang tidak terdapat di lokasi 1. Pada lokasi 3 terdapat sekolah dan pos satpam serta taman.  Pada lokasi 2 juga terdapat taman yang kurang difungsikan oleh warganya sedangkan taman pada lokasi 3 keberadaannya begitu difungsikan oleh warganya sebagai pelengkap sehingga lokasi 3 terlihat lebih indah.

                 
Rumusan masalah penelitian
                  Bagaimanakah tataruangan berpengaruh terhadap pola interaksi sosial masyarakat lingkungan kompelek perumahan dosen Unpad,  warga curug dago, dan dilingkunagan ineternasinal schoul dalam kehidupan sehari hari.
Rumusan pertanyaan
1.     Bagaimanakah lingkungan berpengaruh terhadap interaksi sosial ?
2.     Apakah pola tataruang yang teraktur dan tataruang secara alami akan mempengaruhi interaksi sosial ?
3.     Bagaimanakah stusisosial yang di pengaruhi oleh tataruang yang terencana dan tataruang secara alami ?
4.     Adakah tataruang secara terencana dan tataruang secara alami dapat berpengaruh terjadinya interaksi sosial lewat sarana umum ?












LAMPIRAN
A.    Lokasi Pertama (Perumahan Dosen)
Description: IMG13208-20111108-0800.jpg


Description: IMG13207-20111108-0800.jpg







Keadaan TK dan Inrekasi orang tua Murid                kedaan mesjid Nurul jamil


Description: IMG13214-20111108-0804.jpg
Description: IMG13210-20111108-0801.jpg







Description: IMG13219-20111108-0807.jpgDescription: IMG13217-20111108-0807.jpg            Bapak yang membersihkan taman                      keadaan rumah dan mobil yang terparkir






Paapan Nama masjid                                                              papan himbauan

B.    Lokasi Kedua (Curug Dago)
Description: IMG13237-20111108-0839.jpgDescription: IMG13235-20111108-0839.jpg






                             Rumah warga                                                                                                selokan               
Description: IMG13247-20111108-0842.jpgDescription: IMG13243-20111108-0841.jpg                                                                                                                                                     

                                 




Jalan dan saluran pembuangan                                                                                                          Pos kamling
Description: IMG13244-20111108-0841.jpgDescription: IMG13254-20111108-0845.jpg





                              Majalah dinding                                                                                    papan wilayah curug dago

C.    Lokasi Ketiga (Perumahan Green Citra Dago)
Description: IMG13281-20111108-0919.jpgDescription: IMG13272-20111108-0909.jpg

Description: IMG13274-20111108-0910.jpgDescription: IMG13275-20111108-0911.jpg




Keadaan Internasinal schoul                                                        keadaan bedi,krikil yang berantakan







Description: IMG13279-20111108-0913.jpgDescription: IMG13283-20111108-0921.jpg                 Aktivitas pekerja dan lingkungan                                                       kedaan yang berantakan






                    Pekerja yang mengangkut batu bata                                   penegndara yang lewat dilingkungan inernasinal schoul

PEKERJAAN SOSIAL Sejarah trapi behavior (PENGUBAHAN PRILAKU)


Sejarah trapi behavior

Prekursor dari aspek-aspek fundamental tertentu dari terapi perilaku telah diidentifikasi dalam berbagai tradisi filsafat kuno, khususnya Stoicisme. [2] Sebagai contoh, Wolpe dan Lazarus menulis,

    Sementara terapis perilaku modern sengaja menerapkan prinsip-prinsip belajar ini operasi terapi, terapi perilaku empiris mungkin sama tuanya dengan peradaban - jika kita menganggap peradaban memiliki dimulai ketika manusia pertama melakukan hal-hal untuk memajukan kesejahteraan orang lain. Dari waktu bahwa ini menjadi suatu fitur dari kehidupan manusia pasti ada kesempatan ketika seorang pria mengeluhkan penyakit kepada orang lain yang disarankan atau membujuk dia dari suatu tindakan. Dalam arti luas, hal ini bisa disebut terapi perilaku setiap kali perilaku itu sendiri dipahami sebagai agen terapeutik. Tulisan-tulisan kuno berisi resep perilaku tak terhitung yang sesuai dengan konsepsi yang luas dari terapi perilaku. [3]

Mungkin kejadian pertama dari "terapi perilaku" Istilah dalam sebuah proyek penelitian 1953 oleh BF Skinner, Ogden Lindsley, Nathan H. Azrin dan Harry C. Salomo [4] perintis awal lainnya dalam terapi perilaku. Termasuk Joseph Wolpe dan Hans Eysenck. [5]

Secara umum, terapi perilaku dipandang sebagai memiliki tiga titik yang berbeda asal: Afrika Selatan (kelompok Wolpe itu), Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck). Masing-masing memiliki pendekatan sendiri yang berbeda untuk melihat masalah perilaku. Eysenck khususnya masalah perilaku dipandang sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian, lingkungan, dan perilaku [6] kelompok Skinner di Amerika Serikat. Mengambil lebih fokus pengkondisian operan. Fokus operan menciptakan pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi yang berfokus pada manajemen kontingensi seperti token economy dan aktivasi perilaku. Skinner siswa Ogden Lindsley dikreditkan dengan membentuk sebuah gerakan yang disebut ajaran presisi, yang mengembangkan jenis tertentu dari program grafik disebut grafik celeration standar untuk memantau kemajuan klien. Skinner menjadi tertarik pada individualising program untuk belajar ditingkatkan pada mereka dengan atau tanpa cacat dan bekerja bersama Fred S. Keller untuk mengembangkan instruksi diprogram. Instruksi diprogram memiliki beberapa keberhasilan klinis pada afasia rehabilitasi [7]. Gerald Patterson digunakan instruksi program untuk mengembangkan teks pengasuhan bagi anak-anak dengan masalah perilaku. [8] (lihat Parent Pelatihan Manajemen). Dengan usia, pengkondisian responden tampaknya lambat tapi pengkondisian operan tetap relatif stabil. [9]

Sementara banyak terapis perilaku tetap kukuh berkomitmen untuk paradigma instrumental dan responden dasar, pada paruh kedua abad ke-20, banyak terapis ditambah terapi perilaku dengan terapi kognitif dari Aaron Beck dan Albert Ellis, untuk membentuk terapi perilaku kognitif. Di beberapa daerah komponen kognitif memiliki efek aditif (misalnya, bukti menunjukkan bahwa intervensi kognitif meningkatkan hasil pengobatan fobia sosial [10].) Tetapi di daerah lain tidak meningkatkan pengobatan, yang menyebabkan mengejar Generasi Ketiga Terapi Perilaku. Terapi perilaku generasi ketiga menggunakan prinsip-prinsip dasar psikologi instrumental dan responden namun pasangan mereka dengan analisis fungsional dan konseptualisasi formulasi / kasus klinis dari perilaku verbal yang lebih sejalan dengan pandangan para analis perilaku. Beberapa penelitian mendukung terapi ini sebagai lebih efektif dalam beberapa kasus daripada terapi cogntive, [11] tapi secara keseluruhan pertanyaan itu masih membutuhkan jawaban. [12]
[Sunting] secara Ilmiah

Terapi Perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip pengkondisian klasik dikembangkan oleh Ivan Pavlov dan pengkondisian operan dikembangkan oleh BF Skinner. Telah ada banyak kebingungan tentang bagaimana kedua pengkondisian berbeda dan apakah berbagai teknik terapi perilaku memiliki basis ilmiah yang umum. [Rujukan?]

Contingency program manajemen adalah produk langsung dari penelitian dari pengkondisian operan. Program-program ini telah sangat sukses dengan mereka yang menderita gangguan panik, gangguan kecemasan, dan fobia [13].

Desensitisasi sistematis dan paparan dan pencegahan respon baik berevolusi dari pengkondisian responden dan juga menerima penelitian yang cukup besar.

Sosial pelatihan keterampilan mengajarkan keterampilan klien untuk mengakses penguatan dan mengurangi hukuman hidup. Prosedur operant conditioning dalam meta-analisis memiliki efek ukuran terbesar untuk pelatihan ketrampilan sosial, diikuti oleh pemodelan, pelatihan, dan teknik kognitif sosial agar [14] Sosial pelatihan keterampilan memiliki beberapa dukungan empiris terutama untuk skizofrenia.. [15] [16 ] Namun, dengan skizofrenia, program perilaku umumnya kehilangan dukungan. [17]
[Sunting] Terapan untuk masalah perilaku

Terapi Perilaku intervensi berbasis inti pada analisis fungsional. Hanya beberapa dari banyak masalah yang telah terapi perilaku fungsional dianalisis meliputi keintiman dalam hubungan pasangan, [18] [19] [20] pengampunan pada pasangan, [21] sakit kronis, [22] masalah perilaku yang terkait dengan stres menjadi dewasa anak dari, alkohol [23] anoreksia, [24] tekanan kronis, [25] penyalahgunaan zat, [26] depresi, [27] kecemasan, [28] dan obesitas. [29]

Analisis fungsional bahkan telah diterapkan untuk masalah yang sering menemui terapis seperti resistensi klien, klien dan klien particially terlibat paksa [30] [31]. Aplikasi untuk masalah ini telah meninggalkan clinicans dengan alat yang cukup untuk meningkatkan efektivitas terapi. Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas terapi adalah dengan menggunakan penguatan positif atau pengkondisian operan.

Banyak berpendapat bahwa terapi perilaku setidaknya sama efektif sebagai pengobatan obat untuk depresi, ADHD, dan OCD [32] implikasi kebijakan yang cukup telah terinspirasi oleh pandangan perilaku berbagai bentuk psikopatologi.. Salah satu bentuk terapi perilaku (kebiasaan pelatihan pembalikan) telah ditemukan sangat efektif untuk mengobati tics.
[Sunting] Generasi Ketiga

Kepentingan tertentu, dalam terapi perilaku saat ini adalah daerah sering disebut sebagai Terapi Perilaku Generasi Ketiga [33]. Gerakan ini telah disebut analisis perilaku klinis karena itu merupakan suatu gerakan menjauh dari kognitivisme dan kembali ke behaviorisme radikal dan bentuk lain dari behaviorisme, dalam analisis fungsional tertentu dan model perilaku perilaku verbal. Daerah ini mencakup Penerimaan dan Komitmen Therapy (ACT), Analisis Sistem Kognitif Perilaku Psikoterapi (CBASP) (McCullough, 2000), aktivasi perilaku (BA), Psikoterapi Fungsional Analitik Kohlenberg & Tsai, integratif terapi perilaku pasangan dan terapi perilaku dialektis. Pendekatan ini tepat dalam tradisi analisis perilaku terapan terapi perilaku.

Penerimaan dan Komitmen Therapy adalah mungkin yang paling baik diteliti dari semua model terapi perilaku generasi ketiga. Hal ini didasarkan pada Teori Bingkai relasional. [34]

Psikoterapi Analitik fungsional didasarkan pada analisis fungsional dari hubungan terapeutik [35]. Ini menempatkan penekanan lebih besar pada konteks terapi dan kembali ke penggunaan dalam penguatan sesi. [36] Secara umum, 40 tahun penelitian mendukung gagasan bahwa dalam sesi penguatan perilaku dapat menyebabkan perubahan perilaku [37].

Aktivasi Perilaku muncul dari analisis komponen terapi perilaku kognitif. Penelitian ini tidak menemukan efek aditif untuk komponen kognitif. [38] Perilaku aktivasi didasarkan pada model yang cocok penguatan [39] Sebuah tinjauan baru-baru ini penelitian, mendukung gagasan bahwa penggunaan aktivasi perilaku secara klinis penting untuk pengobatan. depresi [40].

Integratif perilaku pasangan terapi dikembangkan dari ketidakpuasan dengan terapi perilaku pasangan tradisional. Integratif terapi perilaku pasangan terlihat Skinner (1966) untuk perbedaan antara perilaku kontingensi berbentuk dan aturan-diatur [41]. Hal pasangan analisis ini dengan penilaian fungsional menyeluruh hubungan pasangan itu. Upaya terakhir telah menggunakan konsep-konsep perilaku radikal untuk menginterpretasikan sejumlah fenomena klinis termasuk pengampunan. [42]
[Sunting] Organisasi

Banyak organisasi ada untuk terapis perilaku seluruh dunia. Para Assocaition Dunia untuk Analisis Perilaku menawarkan sertifikasi dalam terapi perilaku [8]. Di Amerika Serikat, Divisi American Psychological Association yang 25 adalah divisi untuk analisis perilaku. Asosiasi Terapi Perilaku kontekstual adalah organisasi lain yang profesional. ACBS adalah rumah bagi banyak dokter dengan minat khusus dalam terapi perilaku generasi ketiga. Asosiasi Terapi Perilaku dan Kognitif (sebelumnya Asosiasi untuk Kemajuan Terapi Perilaku) adalah bagi mereka dengan lebih berorientasi kognitif. Internasional, terapis perilaku yang paling menemukan sebuah rumah intelektual inti dalam Asosiasi Internasional untuk Analisis Perilaku (Abai) [9].
[
sunting] Karakteristik

Secara alami, terapi perilaku yang empiris (data-driven), kontekstual (difokuskan pada lingkungan dan konteks), fungsional (tertarik pada efek atau konsekuensi perilaku akhirnya memiliki), probabilistik (melihat perilaku sebagai statistik diprediksi), monistik (menolak pikiran dualisme tubuh dan mengobati orang sebagai satu unit), dan relasional (menganalisis interaksi dua arah) [43].
(di terjemahkan dari http://en.wikipedia.org/wiki/Behaviour_therapy)