LATAR BELAKANG
Menurut catatan UNAIDS, saat ini di dunia terjadi peningkatan jumlah orang dengan HIV/AIDS dari 36,6 juta orang pada tahun 2002 menjadi 39,4 juta orang pada tahun 2004. Sedangkan di Asia diperkirakan mencapai 8,2 juta orang dengan HIV/AIDS, 2,3 juta di antaranya adalah perempuan (UNAIDS, 2004).
SITUASI HIV/AIDS DI INDONESIA
* Di Indonesia, diperkirakan epidemi HIV/AIDS akan terus mengalami peningkatan, ada 12-19 juta orang rawan untuk terkena HIV dan diperkirakan ada 95.000-130.000 penduduk yang tertular HIV (Depkes, 2004).
* Sejak pertama kali kasus HIV dilaporkan di Indonesia pada tahun 1987, jumlah kasus HIV/AIDS meningkat dengan cepat, data terbaru menunjukkan sampai tanggal 31 Desember 2004 secara kumulatif, terdapat 3368 kasus HIV dari 30 provinsi dan 2682 kasus AIDS dari 29 provinsi (Depkes, 2004).
* Di Jakarta, kasus baru infeksi HIV mencapai lebih dari 100 pasien per bulannya.
* Faktor yang sangat berpengaruh pada penularan HIV/AIDS adalah perilaku seks berisiko tinggi, makin maraknya industri seks, kian banyak pengguna narkotika, psikotropika, dan zat adiktif ( NAPZA) suntik, serta kemiskinan.
HIV/AIDS DAN NARKOBA: EPIDEMI KEMBAR
* Estimasi pengguna narkoba adalah 1,3-2 juta orang sedangkan estimasi pengguna narkoba suntik di Jakarta adalah 1 juta orang (Reid G, 2002). Dari 30-93% pemakai narkotika terinfeksi HIV, terutama pengguna narkotika suntik.
Pada tahun 2001, 19% dari total kasus terinfeksi HIV adalah pada pengguna narkoba suntik. Sumber: Reid & Costigan. Revisiting ‘The Hidden Epidemic’ – a situation assessment of drug in Asia in the context of HIV/AIDS, Burnet Institute & The Centre For Harm Reduction, January 2002.
* Adanya peningkatan jumlah pengguna narkoba pada perempuan (biasanya 8-20% dari total keseluruhan), walaupun pengguna narkoba laki-laki tetap tertinggi (UNAIDS, 2004)
* Organ reproduksi perempuan lebih rentan tertular HIV dibandingkan organ reproduksi laki-laki karena berada di bagian dalam tubuh. Bagian dalam vagina berselaput lendir dan memiliki lipatan-lipatan yang membuat penampang vagina menjadi lebih luas sehingga lebih rentan terinfeksi HIV dibandingkan organ reproduksi laki-laki. Hubungan seksual melalui vagina disertai kekerasan lebih berpotensi menimbulkan luka pada organ reproduksi perempuan. Luka itu menjadi pintu masuk bagi HIV yang berada dalam cairan sperma ke tubuh perempuan. Statistik memperlihatkan, perempuan 2-4 kali lebih rentan tertular HIV/AIDS dibandingkan laki-laki. (Kompas, 24 November 2004)
Rantai sederhana penularan HIV
KONTRASEPSI DAN HIV/AIDS
* Survei tentang HIV/AIDS yang digelar Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan, tahun 2002, mendapatkan data 3 juta lelaki di 10 propinsi di Indonesia yang menjadi pelanggan perempuan pekerja seks komersial (PSK). Hanya sedikit sekali yang menggunakan kondom ketika kontak seks dengan PSK. Harus dicatat angka ini belum mewakili keadaan sesungguhnya karena survei hanya mencakup orang-orang yang relatif mudah dijangkau, misalnya sopir truk, pekerja bangunan dan kalangan ekonomi lemah lainnya karena kesulitan melakukan survei pada pegawai negeri, politisi, orang kantoran, atau pengusaha papan atas (Tempo, Edisi 6, 12 Desember 2004).
* Data tersebut menjelaskan setidaknya ada 3 juta laki-laki berisiko tinggi terhadap HIV karena perilaku seksual mereka. Pada saat bersamaan, tiga juta lelaki ini menempatkan jutaan orang lain – istri, pacar, bayi-bayi yang dikandung istri, dan juga pelacur baik perempuan maupun lelaki – pada risiko terinfeksi HIV pula.
* Pada tahun 2002-2003, survei lain digelar untuk memotret perilaku seks lelaki dewasa di 10 provinsi di Indonesia. Hasilnya, dari 3.851 responden, terdapat 16% responden yang tidak melakukan hubungan seks (abstinen) dan 32,8% yang melakukan seks hanya dengan satu pasangan. Sisanya 51%, aktif berhubungan seks dengan lebih dari seorang perempuan. Bahkan tercatat ada 18% responden yang aktif berhubungan seks dengan sembilan orang dalam setahun terakhir.
* Survei Departemen Kesehatan, tahun 2003, memastikan bahwa, 80% pecandu narkoba suntik rajin membeli seks dari pekerja seks dan melakukan HUS tanpa kondom.
ANTISIPASI & PENANGGULANGAN
* Saat ini pemerintah tengah mengembangkan obat anti retro viral yang diharapkan dapat terjangkau, selain itu dengan penyuluhan mengenai penyebaran HIV, bahwa bila terkena HIV maka bisa mempengaruhi keluarganya. Masyarakat juga harus ikut terlibat dan sadar akan bahaya AIDS.
* Untuk penanggulangan AIDS ini dana yang dibutuhkan sangat tinggi, tahun 2004 sampai tahun 2005 ada penambahan empat kali dari 4 milyar menjadi 16 milyar, pemerintah mengungkapkan akan terus mengusahakan agar dana untuk penanggulangan dapat terus bertambah.(Kompas, 15 Februari 2004)
Contoh kasus yang diangkat
Dalam sebuah rumah berdinding semen dan berkamar tiga di Sorong, Papua Barat, impian Angelina pun perlahan memudar. Dulu ia pernah bercita-cita untuk menjadi seorang polisi wanita “karena saya melihat mereka membantu dan melindungi orang.” Namun sudah lama impian itu sirna. Pada Juni 2010, suaminya yang bekerja sebagai ahli mekanik meninggal. Enam bulan kemudian bayi perempuan pertamanya pun juga meninggal. Baru pada bulan Oktober ia tahu penyebabnya. Belum juga hilang kesedihannya, perempuan 21 tahun itu diberitahu bahwa ia terinfeksi HIV. Kemungkinan besar suaminya terjangkit virus itu dari pekerja seks.
Angelina hanya salah satu korban yang polos dan tidak tahu menahu tentang HIV di Indonesia. Ia hanya orang biasa yang bahkan tidak pernah melakukan tindakan beresiko tetapi tertular oleh orang yang berkelakuan tidak baik. Tentu saja banyak perhatian tercurah pada penyebaran HIV/AIDS di antara kelompok-kelompok yang beresiko. Tapi UNICEF justru memfokuskan pada anak muda dalam upayanya mencegah penularan virus ke masyarakat luas.
Prinsip Manajemen Kasus yang Digunakan
1. Individualisasi pelayanan (Individualization of Services)
2. Pelayanan yang dijalankan bersifat komprehensif/ menyeluruh (Comprehensiveness of Services)
3. Pelayanan dalam langkah Manajemen Kasus harus teratur (Parsimonious Services), teratur dilihat dari urutan-urutan dalam pelayanan yang diberikan.
4. Kemandirian (Fostering Autonomy), artinya tidak ketergantungan terhadap orang yang memberikan bantuan kepada klien.
5. Keberlanjutan pelayanan (Continuity of Care).
Model Manajemen Kasus
• Expanded Broker Model
Model ini termasuk dalam model manajemen kasus tradisional dan merupakan model umum, dimana staf yang bekerja pada model ini bertindak sebagai broker, yaitu menghubungkan klien dengan agensi/ pelayanan lain di dalam komunitas untuk mendapatkan kebutuhan-kebutuhan klien yang spesifik.
Petugas Manajemen Kasus dalam model ini bertindak sebagai agen dibandingkan sebagai penyedia pelayanan. Petugas manajemen kasus ini menggunakan elemen tugasnya terutama penilaian (assessment), perencanaan, pelaksanaan, dan pendampingan.
• Rehabilitation Model
Model ini digunakan untuk melakukan suatu proses rehabilitasi kepada klien (anak jalanan). Model ini lebih banyak membantu klien untuk mencapai sukses pada lingkungan yang dipilihnya.
Komposisi Tim Manajemen Kasus
Dari contoh kasus di atas, maka ditentukan tim komposisi yang terdiri dari berbagai multidisiplin yang menyediakan berbagai pelayanan yang dibutuhkan oleh klien (anak jalanan). Komposisi tim Manajemen Kasus tersebut yaitu pekerja sosial, polisi, dokter umum, psikolog, dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Tim Pekerja Sosial
Koordinator : Abd. Rahman Hidayat
Penanggung Jawab : Umatun Karomah
Pencari Sumber Pelayanan : Andi Dwi Wulandari
Kontroling dan Evaluasi : Nazera Nur Utami
Bangkit Ardiansyah
Andi Fahrozi
Afa Silmi Hakim
Rachmat Rhufari Ari
Langkah – langkah penerapan manajemen kasus
1. Intake proses manajemen kasus dimulai dengan wawancara awal dan dalam berbagai setting. Karena Angelina kini sedang berada dalam keadaan terpuruk, yang teramat sangat, proses Inake ini haruslah secara soft dan seaman mungkin agar dapat membangun rapport yang nyaman dan memfasilitasi pengembangan suatu hunbungan kerjasama dan menempatkan pekerja social sebagai titik aman dalam kontak dengan klien dalam hal ini, Angelina. Proses assessment awal ini dilaksanakan oleh saudari Nazera Nur Utami, dan informasi yang didapatkan sementara adalah sebagai berikut.
Bahwa Angelina, adalah janda muda yang baru berusia 21 tahun itu telah di vonis positive HIV pada bulan oktober 2010, hingga kini Angel masih bertahan dengan keadaan yang sangat terpuruk. Ia tinggal bersama kedua orangtuanya yang masih mau menerimanya dalam keluarga walaupun dengan keadaan Angel yang demikian. Karena walau bagaimanapun Angel adalah anak sematawayang dari ayah dan ibunya. Tentu saja keadaan yang sedang dialami oleh Angel merupakan pukulan terberat bagi kedua orangtuanya. Selama kurang lebih lima bulan, Angel hidup dalam ketidakpastian dan kelamnya dunia. Tak ada yang ia dapat perbuat kecuali menikmati kesakitannya, dan berdiam diri menunggu kematian dalam kamarnya. Saat kami kunjungi, Angel menerima kami dengan senyuman teramah yang pernah kami saksikan dari seorang ODHA. Ketegaran Angel membuat kami optimis dapat menyelesaikan kasus ini. Lebih lanjut ternyata Angel memiliki semangat untuk semuh dan bangkit dari keterpurukannya selama ini. Ini terlihat saat Rekan kami Era menanyakan apakah Angel ingin seperti ini terus? Dan jawaban Angel sungguh di luar Namun terlepas dari itu semua, saat Saudari Era menanyakan akan cita – cita yang pernah ia impikan, ternyata Angel masih sangat berharap ia dapat meraihnya. Mewujudkan yang sempat terpendam. Saat kami datang.
Assesment
Planning :
1. Tim MK mencari Sumber Pelayanan yang bisa di akses oleh klien baik itu dari tempat tinggal yang dekat dengan lingkungannya maupun kemampuan ekonominya.
2. Dari masalah yang dihadapi Angelina sebagai ODHA kami sebagai Tim MK merujuk Angel ke Sumber Rehab yang ada yaitu Rumah Cemara.
3. Tim MK meninjau proses pelayanan yang sedang berjalan.
Pelaksanan
Kami Tim MK setelah memahami planning di atas maka kami melaksanakan intervensi. Pada saat melakukan pelaksanaan intervensi alhamdulillah dapat berjalan dengan lancar karena motivasi dan semangat tinggi untuk hidup yang lebih lama sehingga proses pelayanan berjalan dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar