04 Januari 2013

TERAPI PSIKOSOSIAL



TERAPI PSIKOSOSIAL
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN KONSEP TERAPI PSIKOSOSIAL
OLEH : KANYA EKA SANTI
Sumber: Francis J. Turner. 1987. Psychosocial Therapy. A Social Work Perspective. The Free Press, New York dan Mac Millan, London.
  • Publikasi buku Florence Hollis: Case Work: A Psychosocial Therapy tahun 1964.  
  • Perdebatan isu inter dan intra profesional
- 1950 – apakah praktek case work, komponen klinis pekerjaan sosial merupakan bentuk psikoterapi atau bukan? –psikoterapi sebagai aktivitas antar disiplin---risiko serius terhadap identitas dan status pekerja sosial, dalam arti fungsi pekerja sosial dapat dilakukan oleh profesi lain.
  • Buku Hollis muncul pada saat yang tepat.
-   Mengambil posisi yang menempatkan pengetahuan dan keterampilan pekerja sosial dalam arena psikoterapi.
-   Menjelaskan otonomi peranan pekerja sosial di kalangan psikoterapis. Dasar dari otonomi tersebut adalah pendekatan psikososial.
  • Teori psikososial berawal dari premis bahwa pemahaman yang akurat tentang manusia akan membawa pada tanggung jawab dan intervensi yang efektif dan membutuhkan posisi yang seimbang antara orang sebagai entitas psikologis dengan orang sebagai entitas sosial.  
  • Debat Intra professional, 1960--- dominasi posisi case work
  • Definisi terapi psikososial:
Bentuk praktek psikoterapetik yang:
-   Mengkombinasikan pengetahuan bio-psiko-sosial tentang manusia dan perilaku sosial; keterampilan berhubungan dengan individu, keluarga, kelompok dan komunitas; kompetensi dalam memobilisasikan sumber yang tersedia, dalam medium relasi individu, keluarga dan kelompok.
-   Tujuannya adalah membantu orang untuk merubah kepribadian, perilaku atau situasi agar dapat berkontribusi terhadap pencapaian kepuasan, pemenuhan keberfungsian manusia dalam kerangka nilai-nilai dan tujuan orang tersebut serta tersedianya sumber-sumber dalam masyarakat.
  • Asal-usul historis
  1. 1.    Pekerjaan sosial
Istilah psikososial tidak dihasilkan dari sumber tunggal namun muncul untuk membangun jembatan konseptual diantara berbagai disiplin yang tertarik untuk memahami manusia. Pekerjaan sosial dengan sendirinya tidak dapat mengklaim sebagai penemu istilah tersebut. Namun demikian, pekerjaan sosial merupakan profesi yang mengembangkan kesadaran bahwa intervensi psikoterapi membutuhkan kesatuan faktor psikologis dan sosial.
Perkembangan penggunaan istilah psikososial adalah sebagai berikut:
  1. 1930 --- penggunaan istilah psikososial pertama kalinya oleh Frank Hankis dari Smith Colllege—yang menekankan pentingnya pemahaman pekerja sosial terhadap orang dalam kerangka psikologis dan sosiologis
  2. Mary Richmond dalam buku What is social Case Work--- menekankan pentingnya dua sisi paktek yang dikenal dengan “direct action of man on man” dan “indirect action through the social environment.” Dalam bukunya tersebut, Richmond menyatakan bahwa poin utama dari casework adalah perkembangan kepribadian. Penekanannya pada dua aspek tersebut tampak dalam pengertian casework sebagai, “proses yang menekankan kepribadian melalui penyesuaian yang mempengaruhi individu oleh individu dan antara orang dengan lingkungan sosialnya.” Orientasi psikososial juga muncul dalam bukunya social diagnosis (1917).
  3. 1949--- Swithun Bowers mengumpulkan dan menganalisis 34 definisi social casework, misalnya beberapa tulisan:
-   Taylor (1926) menuliskan tentang tujuan penyembuhan untuk “memahami individual sebagai kepribadian yang utuh dan penyesuaian individu tersebut terhadap kehidupan yang sehat secara sosial.”
-   Bertha Reynold (1935) memberikan penekanan pada fungsi sosial manusia dengan memberikan definisi praktek sebagai, “praktek pekerjaan sosial yang membantu individu sambil menghubungkannya dengan keluarga, kelompok dan komunitasnya.”
-   Bowers memanfaatkan definisi tersebut dan kemudian mengartikan  casework sebagai, “kapasitas memobilisasi individu dan sumber-sumber dalam masyarakat secara tepat agar dapat digunakan bagi penyesuaian antara klien dan seluruh bagian lingkungannya.”  
d. 1949 --- Annette Garrett mengidentifikasi adanya evolusi    dalam pekerjaan sosial khususnya casework. Pergeseran tersebut tampak dari penekanan terhadap modifikasi lingkungan kepada penekanan pada individu.
e. 1950--- Gordon Hamilton. Tema psikososial yang dikembangkan oleh Bowers dikembangkan oleh Hamilton dalam bukunya, “the Theory and Practice of Social Casework.” Ia juga menekankan bahwa tahun 1940an konsep “kasus psikososial” telah mendapatkan klarifikasinya dalam psikiatri dan pelayanan sosial.
f. 1950--- Hollis mempublikasikan tulisan tentang diagnosis kepribadian yang memfokuskan pada kebutuhan.   


BAB 3
SIFAT DAN RUANG LINGKUP TERAPI PSIKOSOSIAL
KANYA EKA SANTI
Terminologi
  • Pengakuan terhadap proses intervensi didasarkan pada pengetahuan yang teruji dan dapat dikomunikasikan, keterampilan yang digunakan dengan cara menghargai, memahami dan suportif untuk kepentingan klien. Diakui pula bahwa terapis akan bertanggung jawab untuk tindakananya.
  • Istilah terapi menegaskan akuntabilitas dan tanggung jawab dan komitmen mendalam terhadap proses memperluas dan memperkuat basis praktek yang diverifikasi secara empirik.
  • Konsep pekerja sosial sebagai terapis mencakup dimensi tanggung jawab personal, pelatihan, akuntabilitasi sosial, dan otensitas sosial, pengetahuan dan kewenangan, penerimaan dan komitmen terhadap klien secara otentik
Klien
  • Klien didefinisikan sebagai orang atau kelompok orang yang mencari bantuan pekerja sosial dan kepada siapa pekerja sosial membuat komitmen profesional untuk menawarkan pengetahuan dan keterampilannya.
Ruang lingkup terapi
  • Untuk dapat memahami komponen proses terapeutik perlu dipahami dulu tujuan dari terapi.
  • Tujuan dari terapi psikososial adalah pencapaian keberfungsian psikososial yang optimal dalam potensi klien dan dalam situasi yang mengakui dan menghargai sistem nilai klien.
  • Tujuan tersebut diupayakan melalui tiga konteks yaitu : medium relasi manusia, sumber-sumber materi dan pelayanan yang tersedia, dan sumber-sumber yang dimiliki oleh klien dan lingkungan pentingnya.
  • Dalam parameter tersebut terdapat lima tipe perubahan yang dapat dihasilkan dari terapi psikososial yaitu : kognitif, emotif, perilaku, material/enviromental dan menghilangkan penderitaan (relief from suffering).
Perubahan Kognitif
  • Penting untuk memahami apa yang terjadi pada kita dan seputar kita; penting pula untuk menyadari bahwa pengetahuan tentang informasi dapat memperluas pandangan kita, membuka kesempatan baru, dan meningkatkan potensi kita untuk memiliki otonomi; kita mengalami kecemasan, kebingungan dan frustrasi ketika kita tidak memiliki informasi dan pemahaman tentang pilihan, sumber dan prosedur.
  • Dalam praktek psikososial, bagian penting dari perubahan yang terjadi dalam keberfungsian klien akan dihasilkan dari perubahan kognitif. Klien akan memperoleh pengetahuan baru tentang diri mereka sendiri, motif, perasaan, reaksi dan sikap mereka. Klien juga akan meningkatkan pemahaman terhadap perilaku dan dampaknya untuk orang lain.
Perubahan Emotif
  • Kehidupan emosional merupakan basis bagi motivasi dan pertumbuhan personal klien tetapi juga dapat menghambat.
  • Semua terapis menyadari bahwa banyak klien terhambat karena adanya distorsi, citra diri yang buruk atau menghancurkan. Hal ini akan membawa klien pada merendahkan potensi diri, ketidakmampuan untuk menggunakan pelayanan yang tersedia dan distorsi terhadap aspek lingkungan yang penting.
  • Lebih lanjut, kemampuan untuk menggunakan dirinya kemungkinan juga akan terganggu karena adanya perasaan marah, takut, cemas, ketidakpastian dan perasaan terluka.
  • Setiap orang mengembangkan pola mekanisme mental baik sadar maupun tidak sadar untuk mengatasi kehidupan emosionalnya. Penting sekali bagi terapis untuk memahami pola tersebut, juga pola komprominya, keterbatasan terkait pola perilaku yang dimiliki individu dalam perkembangannya.
  • Banyak perubahan perasaan yang dilakukan terkait sense klien tentang dirinya dimulai dengan pengalaman merasa diterima, dipahami, dan didukung dalam relasi terapis dengan klien. Seringkali perubahan ini kemudian membebaskan klien untuk mengalami perubahan yang sama dalam diri dan pihak lainnya baik dalam kehidupan saat ini maupun di masa lalu.
Perubahan Perilaku
  • Pengaruh intersistem (teori sistem), seperti perubahan perasaan yang menghasilkan perubahan perilaku, demikian pula perubahan perilaku dapat membawa perubahan sikap dan pemahaman terhadap diri sendiri.
  • Terdapat dua cara untuk melakukan perbahan perilaku :
1)      perubahan langsung
2)      perubahan tidak langsung melaui medium relasi. Klien dapat mempelajari pola respon yang baru, keterampilan dalam berkomunikasi dan pendekatan baru terhadap pemecahan masalah melalui relasinya dengan terapis.
Perubahan lingkungan
  • Dua area dimana perubahan dapat dilakukan yaitu :
1)      aktivitas yang ditujukan untuk meningkatkan akses klien terhadap sumber-sumber material.
2)      menyediakan pelayanan
Relief from suffering
  • Upaya ini lebih merupakan alat dari pada tujuan


Sumber-sumber Penyembuhan
  • Relasi
  • Terapis
  • Jaringan pelayanan
  • Lokasi terapi
  • Waktu
  • Sumber-sumber lingkungan mencakup informasi, pelayanan, sumber-sumber material, teknologi
Keterampilan terapeutik
  • Involvement skills
  • Organization and management skills
  • Synthesizing and abstracting skills
  • Implementation skills
BAB 2
TARGET INTERVENSI :
PERSPEKTIF PSIKOSOSIAL TERHADAP KEPRIBADIAN DAN MASALAH
SIFAT ALAMI MANUSIA
  1. Objek ketertarikan utama bagi pekerja sosial adalah individu (pribadi) sebagai dirinya sendiri, sebagaimana berinteraksi dengan orang lain, dan sebagaimana dia berfungsi dalam masyarakat.
  2. Tujuan utama dari pekerja sosial yang berorientasi kepada psikososial adalah perubahan terhadap individu, kelompok, keluarga, atau situasi. Sifat perubahan terkait dengan  potensi individu, tujuan dan sikap  yang ditetpkan, nilai dan aspirasi individu serta sumber-sumber yang tersedia.
  3. Dalam perspektif psikososial, manusia dilihat dalam kerangka yang optimis. Pada dasarnya sifat alami manusia adalah baik. Manusia dipandang memiliki komitmen pada perkembangannya sendiri dan kepuasan dalam mencapai tujuan-tujuannya di dalam konteks sosial dimana minat, tujuan, dan aspirasinya pihak lain di akui dan di akomodasi.
  4. Sifat alami manusia juga dianggap bebas, tidak bebas secara absolut tetapi bebas dalam kaidah- kaidah tertentu. Pandangan tentang kebebasan tersebut tidak mengingkari bahwa manusia dipengaruhi oleh keturunan genetik, sejarah atau latar belakang mereka sebelumnya, dipengaruhi juga oleh perkembangan dirinya, dan dikondisikan oleh lingkungannya. Tapi diantara pengaruh-pengaruh tersebut ada bagian dari manusia yaitu, bebas untuk memilih diantara berbagai alternatif serta sifat unik dan tidak dapat diprediksi yang memungkinkannya untuk berkembang melebihi sejarah dan keturunan genetisnya.
  5. Setiap manusia juga dipandang sebagai melampaui dunia sebagai bagian dari proses hidupnya. Baik sebagai individu atau sebagai anggota keluarga, setiap orang berhak atas penghargaan dan penghormatan sejak dia lahir sampai meninggal tanpa mempertimbangkan perkembangan atau pun kemunduran dalam dirinya.
  6. Manusia dipercaya bebas karena mereka memiliki kekuatan-kekuatan yang beralasan. Karena hal tersebut, manusia memiliki hak untuk menentukan dirinya sendiri. Oleh karena itu, dia diperlakukan sebagai individu yang bertanggung jawab terhadap kehidupannya. Karenanya pula dia dimungkinkan untuk mengalami hasil pilihan dan tindakannya. Pekerja sosial menyadari betul sejauh mana kemampuan manusia sebagai mahluk yang unik dapat digunakan ataupun dibatasi oleh berbagai pengalaman dan situasi. Akan tetapi kesadaran akan potensi individulah yang mendasari optimisme pekerja sosial dan menjamin berlangsungnya pertolongan, pemberian dukungan yang akan membawa klien kepada tujuan yang melebihi situasinya saat ini.  
  7. Manusia dianggap berorientasi pada pertumbuhan, sangat fleksibel dan penuh dengan keingintahuan. Hal tersebut merupakan kualitas esensial yang menyediakan potensi untuk berubah serta mampu mencari dan mencapai tujuan tertentu; untuk belajar dari orang lain; belajar dari pengalaman sendiri, dan belajar dari akses terhadap  kesempatan serta sumber yang baru. Semuanya itu membuat seseorang dapat dipelajari sehingga . memungkinkan melakukan modifikasi dan mengkondisikan.
  8. Manusia juga dianggap tergantung dan mandiri atau dengan kata lain, manusia bersifat sosial. Atribut ketergantungan merupakan konsep penting yang mendasari upaya terapeutik pekerja sosial yang bisa bersifat mendukung maupun merugikan. Ketergantungan seringkali menghasilkan kecemasan dan ketidakpastian yang dapat menjadi masalah ataupun kekuatan dalam proses terapi.
  9. Dalam pemahaman terhadap manusia ini, pekerja sosial tertarik kepada kepribadian individu. Kepribadin didefinisikan sebagai organisasi yang dinamis dari sistem biologis, psikologis dan sosial yang membentuk penyesuaian individu secara unik terhadap masyarakat. Konsep yang sangat penting dalam definisi tersebut adalah dinamis yaitu persepsi bahwa kepribadian berubah dan saling tergantung. Konsep penting lainnya adalah organisasi dan pengaruh antar sistem yang diseimbangkan dengan konsep keunikan serta pengaruh antar personal. Dalam lingkup inilah aktivitas primer pekerja sosial dilaksanakan.
  10. Persepsi tentang kepribadian tersebut membawa pekerja sosial untuk menanyakan beberapa pertanyaan tentang klien :
    1. Bagaimana klien sama/serupa dengan setiap orang  yang saya kenal
    2. Bagaimana klien sama dengan sebagian orang yang saya kenal
    3. Bagaimana klien tidak sama dengan orang yang saya kenal
  11. Definisi kepribadian yang digunakan dalam buku ini mencakup konsep interaksi antar sistem, khususnya diantara sistem biologis, psikologis dan sosial. Dalam hal ini, kepribadian mengembangkan ciri dan perilaku yang unik dalam hubungannya dengan pengalaman intersistem yang terjadi. Bagaimana setiap sistem tersebut dipersepsi, dipahami dan dipertimbangkan akan mempengaruhi sifat aktivitas yang dilakukan untuk mempengaruhi tindakan kepribadian atau yang disebut dengan proses terapeutik.
KEADAAN NORMAL
Dalam konsep kepribadian dan komponen-komponennya yang signifikan, orang-orang dalam profesi pertolongan harus mengembangkan konsep kerja terkait  dengan normalitas atau keberfungsian yang sehat dan sebaliknya abnormalitas atau keberfungsian yang tidak sehat.
  1. Dalam tradisi psikososial sesesorang dipandang normal apabila memiliki kemampuan biopsikososial  yang memadai, pendirian yang kuat, kemampuan untuk memposisikan dirinya  di dalam wilayah kemampuannya, kemampuan untuk menggunakan kebutuhan-kebutuhan yang dapat diterima didalam subsistem dan sistem yang dimiliki oleh masyarakat, dan terakhir akses terhadap orang-orang, barang-barang dan pelayanan masyarakat dimana mereka tinggal.
  2. Normalitas adalah sebuah konsep yang kompleks yang mencakup unsur-unsur yang relatif dan normatif. Di dalam deskripsi normalitas terdapat enam unsur yaitu :
    1. Keberfungsian kepribadian yang normal
Unsur ini tidak berarti sama dengan keberfungsian yang ideal. Dalam arti, konsep ini tidak mengharuskan bahwa individu harus memiliki semua kualitas manusia yang sempurna tapi hanya pada tingkatan yang dianggap secukupnya (adekuat)
  1. Normalitas  berbeda dari konsep pada umumnya
Ini adalah sebuah poin penting untuk membantu praktisi menghindari pandangan terhadap situasi yang tidak dapat dirubah atau tidak perlu dirubah kerena sudah merupakan kondisi yang umum dari banyak orang. Penting sekali untuk memahami potensi manusia dan kondisi manusia sehingga dapat secara adekuat mengases situasi yang dianggap tidak normal meskipun dilakukan banyak orang.
  1. Normalitas berhubungan dengan kemampuan biologis yang dimiliki oleh seseorang.
Hal ini mencakup dua konsep yaitu : kemampuan fisik dan kemampuan intelektual. Faktor tersebut meliputi dua konsep selanjutnya yaitu tidak ada kekuarangan yang serius atau ketidaknormalan dalam bagian diri mereka dan mereka memiliki keberfungsian yang baik.
  1. Normalitas memperhatikan sense seseorang tentang dirinya, yang menandai identitasnya. Dalam hal ini, seseorang yang seseorang yang normal adalah yang mengetahui siapa dirinya dan menyukai dirinya sebagai mana adanya. Hal ini mencakup beberapa elemen yaitu : bebas dari penderitaan diri yang akut, kecemasan, ketakutan, compulsi, kemarahan atau keluhan psikosomatis; memiliki sense merasa berguna, mengetahui bahwa dia menjadi bagian dari sesuatu, dan dia menjadi bagian dari sesuatu yang penting dalam pandangannya. Terkait dengan hal ini adalah dimilikinya sense of fulfillment yaitu perasaan dimana seseorang melakukan sesuatu yang berharga, sesuatu yang diinginkan dan dapat diterima. Elemen lainnya adalah memiliki penguasaan diri baik yang bersifat inner maupun outer.
  2. Normalitas juga terkait dengan kemampuan untuk berfungsi sesuai dengan tuntutan dan harapan yang signifikan dari masyarakat.
  3.    Normalitas berhubungan  dengan akses individu terhadap orang dan lingkungannya (hal-hal yang berada di luar dirinya). Dalam pandangan sistem psikososial melekat anggapan bahwa ide tentang manusia adalah berorientasi sosial yang mencoba menemukan identitasnya dan mememuhinya dalam relasi dengan pihak lain dan dalam keberadaan sumber-sumber material dan kultural.
KEBERFUNGSIAL ABNORMAL
  1. Konsep normalitas juga mencakup kemungkinan dari tidak normal atau abnormalitas. dalam mengases situasi, kita menerapkan karakteristik normalitas terhadap situasi tersebut. Karenanya kita dapat menemukan bahwa orang tidak dapat berfungsi karena mempunyai kekurangan secara fisik atau intelektual.
  2. Seperti halnya penyakit-penyakit temporer yang dapat mempengaruhi mood, sikap dan kemampuan mengatasi masalah, berelasi dengan orang lain dan memutuskan peranan yang seharusnya dilakukan, efek dari ketidakmampuan orang secara fisik dan inletektual akan semakin besar apabila orang tersebut mengalaminya baik secara temporer maupun permanen.   Dalam situasi yang lebih patologis, kita dapat melihat penderitaan mendalam melalui gejala-gejala depresi, depersonalisasi, atau paranoia.
  3. Keluarga dan kelompok kemungkinan mengalami tekanan dari sudut pandang mereka dan persepsi mereka sendiri. Orang-orang mungkin merasa bingung dan cemas tentang siapa mereka, mereka mungkin terlalu terbebani oleh kecemasan, merasa terganggu karena perasaan tidak berguna, berdiam diri karena merasa tidak dicintai, ditolak, tidak diperhatikan, atau tidak diinginkan. Reaksi-reaksi tersebut merentang dari yang sangat minor sampai reaksi temporer sebagai bagian dari kehidupan kita menuju tahap di luar normalitas yang akan menghasilkan rasa sakit, penderitaan, dan kehilangan potensi yang mengarah pada abnormalitas.
  4. Orang kemungkinan juga mengalami stress karena ketidakmampuan untuk bergaul dengan orang lain, berfungsi sesuai dengan peran sosial mereka, atau bekerja dalam sebuah institusi dan dalam struktur masyarakat.
  5. Semua lingkup masalah yang ada, jarang  sekali disebabkan oleh satu faktor/sebab. Kemungkinan seseorang mengalami disfungsi karena keterbatasan fisik atau kepribadiannya, tetapi ketidakmampuan tersebut dapat saja disebabkan oleh  persepsi masyarakat terhadap diri mereka dan relasi individual dengan individu lainnya dan kelompok dalam masyarakat. Hambatan dalam keberfungsian kepribadian yang normal dapat pula dihasilkan dari tidak adanya sumber-sumber material dan pelayanan yang membantu.
  6. Tujuan utama terapi psikososial adalah memfasilitasi kepuasan, dan pertumbuhan yang berorientasi pada keberfungsian psikososial. Dalam kaitan ini, terais psikososial memiliki komitmen untuk mengatasi situasi yang dapat dirubah  dan dimana terdapat keinginan untuk berubah. Dalam pendekatan ini, untuk praktek psikoterapeutik, masalah dianggap sebagai situasi yang menghasilkan stress dan menghambat keberfungsian yang memuaskan dan individu atau kelompok tidak memiliki sumber-sumber untuk mengatasinya. Dengan demikian target intervensinya adalah :
    1. Di dalam diri individu berupa kekurangan atau ketidakmampuan menggunakan potensi dirinya.
    2. Di luar diri individu yaitu tidak adanya sumber-sumber yang adekuat yang menghambat pencapaian potensi seseorang dan tidak adanya akses terhadap sumber-sumber yang tersedia.

2 komentar:

  1. Assalamualaikum kang, saya imam prayudha mahasiswa ilmu kesejahteraan sosial UNPAD.

    kebetulan skripsi saya membahas mengenai terapeutik dalam pekerjaan sosial.
    yang saya mau tanyakan apa saja nilai - nilai terapeutik dalam pekerjaan sosial.
    terapi apa aja yang dapat dilakukan oleh pekerjaan sosial.

    mungkin kang dayat memiliki referensi atau bisa membantu saya berdiskusi mengenai hal tersebut.
    silahkan menghubungi email saya.
    sebelumnya terimakasih
    imamprayudha25@gmail.com

    BalasHapus
  2. salam bro. saya juga mau tanya apa saja untuk terapi psikotik dan gepeng itu. matur nuwun bro. ( winartojepret@gmail.com )

    BalasHapus